English English Indonesian Indonesian
oleh

Agenda Menuju Negara Maju 2050

Secara global, pengeluaran pemerintah dan sawsta untuk R&D berbanding lurus dengan kemajuan ekonomi negara bersangkutan. Dimana negara yang menguasai teknologi tinggi karena ditunjang oleh kegiatan R&D memiliki pertumbuhan produktifitas tinggi. Hal ini tercermin pada tingginya pertumbuhan Total Factor Productivity (TFP).

Faktanya negara-negara maju dengan pengeluaran R&D yang besar memiliki jumlah pendaftaran hak paten tertinggi di dunia. Hal ini berdampak pada banyaknya jumlah ilmuwan atau peneliti yang memperoleh hadiah nobel (nobel prize) dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sejak tahun 1990 – 2021, jumlah pemenang hadiah nobel dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terbanyak adalah AS 63, Jepang 15, China 5, Australia 3, India 1, dan Rusia 2 orang.

Langkah strategis jangka panjang yang dapat dilakukan untuk keluar dari middle income trap dan naik kelas menjadi negara maju adalah fokus pada peningkatan anggaran pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) serta peningkatan belanja pemerintah dan swasta untuk R&D. Belanja SDM dan R&D setara dengan negara maju seperti Korsel, AS dan Jepang.

Sehingga belanja R&D Indonesia naik dari hanya 0,3% GDP menjadi 3,5% GDP dalam 25 tahun ke depan. Hal ini setara dengan peningkatan dari 3,957 milyar dollar AS menjadi 48,860 milyar dollar AS. Meskipun demikian, secara nominal angka ini masih jauh dari anggaran R&D AS yang mencapai 891,195 milyar dollar AS.

Peningkatan belanja R&D dapat dilakukan melalui kerjasama pemerintah, swasta, universitas dan lembaga riset serta pengembangan. Kerjasama ini akan memberikan insentif bagi pelaku usaha meningkatkan belanja R&D karena hasil-hasil R&D dapat digunakan secara langsung oleh sektor industry yang akan meningkatkan efisisensi dan produktifitas.

News Feed