English English Indonesian Indonesian
oleh

Mewaspadai Gelombang Pengemis

Oleh; Suf Kasman, Dosen UIN Alauddin Makassar

Sejak awal Ramadhan hingga saat ini,  pengemis cerdik menjamur di kota Daeng. Pengemis mendompleng bulan Ramadhan bergerilya untuk mencari 𝘢𝘯𝘨𝘱𝘢𝘰.

Pemandangan buruk sering kusaksikan di kota-ku, khususnya “Aliansi Pengemis Jalanan” bebas berkeliaran berharap uluran tangan sang Dermawan. Pengemis berkali-kali bersembunyi di balik perih, Para pengemis bertopeng gundah gulana sebagai sebuah alibi, berselancar mencari hati Penderma.

Aku curiga, komplotan pengemis jadi-jadian di bulan Ramadhan ini pasti ada yang memobilisasi. Aku pun saksikan, banyak pengemis sebetulnya sehat secara fisik dan bisa melakukan usaha lain di luar mengemis.

Tapi karena penyakit malas menjalari hidupnya, jadinya mengemis dijadikan profesi. Seharusnya pemerintah lebih mensosialisasikannya kepada masyarakat, agar sekawanan pengemis tidak berkeliaran ke jalan mengemis.

Pada prinsipnya, ketika peminta-minta (pengemis) datang kepadamu, berikanlah dia sekadarnya. Namun, bila pengemis datang kedua kalinya mengemis kepadamu, berarti mereka sudah menjadikan mata pencaharian (profesi mengemis). Maka jangan berikan! Kok, mengemis dijadikan profesi, ini tidak dibenarkan oleh agama.

Agama menjust profesi pengemis sebagai proyek paling tercela. 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘮𝘪𝘴 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢, 𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘪𝘢𝘮𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘮𝘶𝘬𝘢 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘵𝘦𝘯𝘨𝘬𝘰𝘳𝘢𝘬. Hadis Waspadalah terhadap pengemis-pengemis palsu berkeliaran di bulan Ramadhan ini.

Ada beberapa klasifikasi pengemis fiktif yang Anda harus waspadai, seperti; Pengemis yang mangkal di depan ATM (Anjungan Tunai Mandiri). Aliansi pengemis ini hanya mengganggu kenyamanan konsumen ketika bertransaksi di ATM.

News Feed