Oleh : Andi Sismar, S.E., M.M /Dosen Manajemen UNIMUDA Sorong
Saat ini penulis memfokuskan persoalan masa depan pada potensi pariwisata yang dimiliki Provinsi Papua hampir terlengkap di Indonesia. Alam yang dimilikinya masih asli, budaya yang khas dan unik, menjadi daya tarik tersendiri. Destinasi wisata di Provinsi Papua telah menyumbang 25% terhadap total kunjungan wisatawan secara nasional per tahun. Potensi bisnis wisata di provinsi Tanah Papua itu sangatlah besar karena memiliki kekhasan dan keotentikan budaya, Papua memiliki modal yang kuat untuk mengembangkan pariwisatanya asalkan. Maka penulis menyimpulkan bahwa Papua dapat menata, mengelola dan mengunggulkan keunikan dan karakteristik sumber daya alam di daerahnya.
Saat ini Provinsi Papua menyadari keunggulan daerahnya, akan tetapi Papua belum menjadikan pariwisata sebagai prioritas pembangunan. Prioritas tersebut merupakan hasil kesepakatan pemerintah Provinsi, Kabupaten, dan Kota sekaligus merupakan suatu kebutuhan yang harus dilakukan, bukan berdasarkan satu keinginan.
Ungkapan ini sangat menarik, ketika Rencana Kerja Pemerintah 2020 menargetkan lima unsur prioritas pembangunan yaitu (1) pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan; (2) infrastruktur dan pemerataan wilayah; (3) nilai tambah sektor riil, industrialisasi dan kesempatan kerja; (4) ketahanan pangan, air, energi dan lingkungan hidup; dan (5) stabilitas pertahanan dan keamanan.
Namun, Provinsi Papua memenuhi alokasi anggaran untuk kegiatan yang insidentil, tetapi belum terakomodasi pariwisata dalam prioritas pembangunan, sungguh sangat disayangkan. Potensi-potensi alam yang ada di Provinsi Papua akan tergeser oleh waktu. Padahal bila ditelusuri secara mendetail, Papua dikunjungi hanya dikunjungi 41.425 wisatawan mancanegara.
Kunjungan wisatawan tersebut masih kurang dari target kunjungan turis mancanegara ke Indonesia sebanyak 20 juta wisatawan yang diharapkan Kementerian Pariwisata. Keberadaan wisata Provinsi Papua menjadi penting, ketika wisatawan berbondong-bondong mendatangi suatu daerah baik itu untuk refreshing ataupun perjalanan bisnis menandakan daerah tersebut sudah memberikan kepercayaan kepada publik bahwa Provinsi Papua layak diperhitungkan sebagai daerah yang memberikan peluang besar bagi masyarakat untuk berkunjung ke sana. Kunjungan wisatawan ke Tanah Papua kecil sekali, karena turis lebih banyak ke Bali, Jakarta, dan Batam. Untuk ke Tanah Papua membutuhkan biaya transportasi yang mahal.
Pengelolaan wisata di Provinsi Papua saat ini perlu pembenahan secara intensif dan profesional. Bila melihat kecilnya kuantitas pengunjung yang berwisata ke Provinsi Papua menjadi tantangan buat pemerintah daerah Provinsi Papua untuk mengembangkan pariwisata yang ada. Maka penulis meminjam Kajian Primadany menyatakan, sektor pariwisata memerlukan strategi dengan pola pengembangan kepariwisataan yang terencana atau tersusun agar potensi yang dimiliki bisa di kembangkan secara optimal. Potensi daerah menjadi aset terpenting untuk dapat tereksplorasi dengan baik, di mana daerah memiliki keunggulan budaya, keunggulan sumber daya alam sehingga pesonanya dapat menjadikan pariwisata sebagai tuan rumah dalam meningkatkan perekonomiannya. Maksudnya adalah potensi daerah dapat menjadi indikator keberhasilan utama dalam menerapkan strategi pengelolaan pariwisata di Provinsi Papua.
Penulis meminjam pendapatnya Suwantoro mendefinisikan pariwisata sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Artinya, kegiatan pariwisata adalah kegiatan yang dilakukan di luar rutinitas sehari-hari. Sebagaimana UU No 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan menjelaskan, pariwisata merupakan salah satu bentuk industri yang tumbuh, berkembang dan memiliki prospek sebagai peluang baru berkembangnya usaha pariwisata dan sektor-sektor lain yang terkait kepariwisataan yaitu usaha-usaha yang memberikan fasilitas dan layanan kebutuhan wisatawan. (*)