“Volatilitas baik di pasar saham, surat utang, maupun nilai tukar juga terpantau menurun,” ucapnya.
Di domestik, leading indicators perekonomian nasional masih cukup positif, diantaranya ditunjukkan oleh neraca perdagangan yang masih surplus dan PMI
Manufaktur yang masih ekspansif. Tingkat inflasi juga terjaga rendah pada tahun 2023 di level 2,61 persen yoy.
“Namun demikian, masih perlu dicermati perkembangan permintaan domestik ke depan seiring masih berlanjutnya penurunan inflasi inti, penurunan optimisme konsumen, serta melandainya pertumbuhan penjualan ritel dan kendaraan bermotor,” ujarnya.
Sementara itu, Presiden RI Joko Widodo menuturkan berkat OJK dan kerja sama seluruh pihak sehingga komitmen untuk memajukan dan mewujudkan resiliensi industri jasa keuangan Indonesia bisa diwujudkan. Tetap kuat di tengah resesi negara maju.
Meski demikian, Indonesia mesti terus belajar dari krisis keuangan masa lalu. Sekaligus tetap waspada dalam menjaga industri jasa keuangan dan perekonomian. Termasuk terus meningkatkan literasi dan inklusi keuangan serta dukungan terhadap pembiayaan UMKM dan keuangan berkelanjutan.
“Saya mengapresiasi penyempurnaan taksonomi berkelanjutan Indonesia yang diluncurkan oleh OJK sehingga inisiatif keuangan hijau bisa menyeimbangkan aspek ekonomi, lingkungan dan inklusivitas. Terima kasih atas dedikasi Bapak/Ibu dan kerja keras OJK dalam memajukan sektor keuangan,” katanya. (sae/zuk)