Namun begitu, Dewi berharap isu ini tidak sekadar menjadi jualan para kandidat, untuk meraup suara dari kalangan kaum perempuan dan disabilitas. Sebab, hampir di setiap kampanye, kata dia, kandidat selalu menyinggung hal ini. Namun nyatanya, tidak ada perubahan signifikan di lapangan.
”Dalam setiap kampanye atau momentum politik, para calon kerap menggaungkan akan memperjuangkan kepentingan perempuan. Saya harap, ini bukan sekedar “jualan”, menjadikan perempuan sebagai komoditi politik, tetapi setelah terpilih justru tidak melibatkan atau memikirkan kepentingan perempuan dalam proses pengambilan kebijakan,” harapnya.
- Danny Mengaku Tanpa Tekanan
Ada hal lain yang cukup menyita perhatian pada momen kampanye Ganjar di Makassar. Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto tidak hadir dalam momen ini. Padahal, biasanya Ganjar dan Danny selalu lekat dan beriringan.
Ganjar mengklaim, ada kemungkinan terjadi intervensi dari pusat kepada kepala daerah. Sebab dia mengaku telah.mendapat sejumlah laporan, bahwa kepala daerah tidak boleh terlalu gencar mendukung Ganjar-Mahfud.
Sehingga, di momen ini juga Ganjar meminta agar pemerintah pusat tidak campur tangan dan menodai sistem demokrasi. Sebab, hal itu bisa menghancurkan harkat dan marbat Indonesia sebagai negara demokrasi.
”Beberapa sudah melaporkan kepada saya dengan bahasa jangan kencang-kencang dukung 03. Begitu bahasanya. Maka saya meminta betul agar tidak ada intervensi, jangan ganggu demokrasi, karena ini akan menghancurkan harkat dan martabat sebagai negara demokratis,” ungkapnya.