Oleh: Ernawati*
Masa depan bangsa berada di tangan generasi. Depresi bisa menjadi penghambat perkembangan mereka.
Gejala depresi pada seseorang yang paling umum adalah merasa sedih dan kehilangan minat untuk melakukan aktivitas yang biasa mereka lakukan. Kondisi ini kemudian dapat menyebabkan berbagai masalah emosional dan fisik.
Salah seorang siswa kelas 2 SMA nekat mengakhiri hidup di rumahnya, di Dusun Bontotene, Kabupaten Gowa, Sabtu, 17 Oktober 2020. Dia menenggak zat kimia berbahaya.
Sisa racun serangga ditemukan di kamarnya. Ia diduga mengalami depresi karena merasa terbebani dengan tugas sekolah selama pembelajaran jarak jauh. Kala itu, proses belajar mengajar memang dilakukan daring sebagai implikasi kebijakan pemerintah atas pademi Covid-19.
Setali tiga uang, seorang murid SD juga ditemukan tewas tergantung di kamar rumahnya di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Dia diduga kecewa karena telepon seluler (ponsel) miliknya disita oleh sang ibu.
Lalu, seorang remaja 14 tahun juga ditemukan tewas akibat tidak dipinjamkan gawai alias ponsel kakaknya oleh sang ibu. Dia sempat meminta gawai pada ibunya, namun tidak dipenuhi, lalu sempat mengancam ibunya akan bunuh diri.
Psikolog dari Universitas Indonesia Rose Mini Agus Salim mengatakan anak yang mendapatkan tekanan seperti perundungan atau mendapat sesuatu yang tidak nyaman dalam kehidupannya, bisa merasakan stres berkepanjangan hingga berujung depresi.
Pendekatan sosiologi menganggap kesehatan dan penyakit mental sebagai aspek keadaan sosial. Salah satu jenis studi sosiologi mengkaji berbagai kondisi sosial, seperti peristiwa kehidupan yang negatif, keadaan stres yang terus-menerus, tuntutan peran sosial, tingkat dukungan sosial, dan kekuatan sistem makna budaya, yang memengaruhi tingkat kesehatan dan penyakit mental. (*)