Dengan pengerjaan tersebut, penutupan ruas jalan di beberapa waktu tidak terhindarkan. Biasanya dilakukan pada pagi hingga sore hari. “Kalau galian batu ditutup, kalau pelebaran biasa tidak ada ji penutupan tetap jalan kendaraan. Di lokasi diperketat pengawasan petugas dan pemberian rambu-rambu pengamanan,” tandasnya.
Pengamat Transportasi UMI Prof Lambang Basri mengungkapkan, Balai Jalan harus memperhatikan stabilitas lereng atas dan bawah jalan ketika dilakukan cutting tebing. Sebab, ketika bagian atas runtuh, maka akan mengganggu badan jalan yang sebagiannya dilalui pengendara dan sebagiannya lagi sedang dilakukan pelebaran.
“Setelah runtuh bagian atas, pastikan bahwa biarkan terjadi keruntuhan sampai kondisi stabil. Kalau itu dilakukan, maka ada pertimbangan baru lagi. Maka seluruh reruntuhan itu tidak langsung dibuang ke bawah ke tempat lebih rendah,” ungkapnya.
Aktivitas pengerjaan seperti itu akan mengakibatkan tumbuhan-tumbuhan di bawah yang diruntuhi akan mati dan menggundul. Sehingga, ketika curah hujan tinggi dan lalu lintas berat maka beban tambahan terjadi.
“Pengendara beberapa skema, pertama pengalihan, kedua arah pasang surut bergantian masuk tapi ada pengaturan secara khusus. Pada musim seperti sekarang ini jauh lebih bagus diingatkan masyarakat supaya menghindari jalur itu. Ini kan musim hujan, pertama licin, kedua rawan longsor, dan bisa saling mengganggu (pengendara dan pelaksana),” pungkasnya. (uca/*)