MAKASSAR, FAJAR — Pemprov Sulsel bersama Partnership for Australia-Indonesia Research (PAIR) merancang road map pengembangan industri rumput laut di Sulawesi Selatan. Mulai dari hulu hingga ke hilir.
Koordinator Riset PAIR, Australia-Indonesia Centre di Unhas, Hasnawati Saleh mengatakan, tujuan didorongnya road map rumput laut Sulsel karena rumput laut merupakan kekayaan laut Sulsel. Tidak hanya persoalan pembibitan, melainkan hingga ke aktivitas ekspor.
Industri rumput laut juga mendukung kebijakan pemerintah untuk mewujudkan blue economy atau ekonomi biru di tengah perubahan iklim dunia. Rumput laut selain bisa dimanfaatkan sebagai makanan, pakan ternak, juga bisa sebagai alternatif bahan bakar.
“Sekarang orang mencari sumber energi yang renewable, yang terbarukan berbasis alam. Rumput laut ini sangat berpotensi menjadi bio fuel, bio gas, bio etanol, dan sebagainya,” ujar Nana sapaannya, di Hotel Aston Makassar, Rabu, 29 November.
Persoalan sampah plastik yang sulit terurai juga bisa diminimalisasi dengan pemanfaatan rumput laut. Rumput laut bisa digunakan untuk pembuatan bio plastik.
“Kami berharap sangat besar dari road map ini, yang melibatkan penthahelix, untuk terus menyuarakan dan mendorong bagaimana inovasi hilirisasi rumput laut di Sulsel bisa terus berkembang. Segara upaya dari hulu ke hilir termasuk untuk kesejahteraan petani,” ungkapnya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel, M Ilyas mengungkapkan, dalam mendorong peningkatan nilai ekonomi dari industri rumput laut perlu mengubah pola budi daya para petani menjadi lebih memperhatikan higenis dan kualitas produksinya. Para petani perlu dibekali ilmu pengetahuan dalam membudidaya, bukan hanya sekadar sebagai rutinitas keseharian saja.