”Ini kan sudah satu abad umurnya, PSM harus punya stadion. Nanti kerja sama, pemerintah daerah bisa minta (kelola) tanahnya 40 tahun. Dulu ada sarana olahraga, belum ada uangnya sudah dibongkar. Itu yang saya salahkan,” kata dia.
Reza mengaku cukup prihatin dengan hal ini. Bahkan GOR pun dianggap tidak begitu representatif. Itu sebabnya, dia membangun HOR di Pettarani, sebagai solusi anak-anak Makassar yang banyak bermain bola di lorong.
”Sebagai tokoh olahraga, saya prihatin. Miris saya melihat kota ini tidak punya stadion. GOR pun tidak layak, siapa mau ke GIR Sudiang. Akhirnya saya hadirkan GOR di Pettarani yang kurang lebih sama dengan GOR Mattoanging. Karena saya melihat banyak anak muda di lorong main bola, di jalanan,” bebernya.
Kata dia, jika GOR yang dia bangun bisa dimaksimalkan, maka banyak hal negatif remaja yang bisa dipecahkan. Kenakalan remaja, kesehatan, produktivitas, kekompakan, semua akan membangun nilai sportivitas.
”Jadi pemimpin daerah harus komprehensif memikirkan ini. Main bola di lorong, saya termasuk yang terjebak kemacetan. Saya telepon Pak Danny tapi tidak diangkat. Saya mau bilang woe kenapa ko pergi main bola di jalan, pakai saya punya GOR,” ungkapnya.
Kata Reza, dia tidak ingin banyak bicara, namun bisa berbuat secara ril. ”Saya tidak banyak bicara, saya punya GOR dan itu bukan GOR kecil. Belum ada GOR swasta sebesar itu yang dibangun 100 hari dan tempatnya di jantung kota,” kata dia. (wid)
