FAJAR, MAKASSAR-Suara simpatisan Jokowi berpotensi terbagi setelah adanya putusan MK mengenai batas usia Capres dan Cawapres dapat mencalonkan diri meskipun belum berusia 40 tahun. Dinamika yang tercipta dari putusan tersebut menciptakan perpecahan dalam dukungan yang seharusnya solid dari Presiden Jokowi.
Dosen Jurusan Ilmu Politik UIN Alauddin, Febrianto Syam mengatakan, faktor utama dari pecahnya dukungan ini adalah majunya Gibran Rakabuming, putra sulung Jokowi, yang kini berpotensi menjadi pendamping Prabowo Subianto dalam pertarungan Pilpres mendatang.
“Dalam konteks ini, dukungan pemilih Jokowi menjadi sangat krusial. Gibran, dengan kapasitasnya sebagai putra presiden dan juga Wali Kota Solo, memegang daya tarik tertentu bagi sebagian pemilih Jokowi,” terangnya.
Keterlibatan Gibran dalam koalisi Prabowo, baik secara langsung maupun tidak langsung, memberikan sinyal bahwa terdapat keinginan kuat di balik layar untuk memperkuat kandidatur Prabowo, meski ini mungkin menyebabkan perpecahan di antara relawan dan pendukung Jokowi.
Lebih lanjut, dosen pengampu mata kuliah sistem kepartaian dan keterwakilan itu mengatakan, sementara itu, Ganjar Pranowo, yang resmi mendapat mandat dari PDIP sebagai Capres, tentunya berharap dapat menggaet sebagian besar dukungan pemilih Jokowi.
“Namun, dengan adanya dinamika baru yang muncul pasca putusan MK dan manuver Gibran, dukungan ini menjadi terpecah. Meskipun begitu, kondisi ini juga secara tidak langsung menguntungkan Anies Baswedan” ungkapnya.
Pecahnya dukungan pemilih Jokowi antara kubu Prabowo-Gibran dan Ganjar memberikan ruang bagi Anies untuk memperkuat basis dukungannya dan menarik sebagian pemilih yang mungkin merasa tidak terwakili oleh kedua kubu tersebut.
Kehadiran putusan MK yang berbunyi capres-cawapres yang pernah terpilih melalui pemilu, baik sebagai DPR/DPD, Gubernur, atau Walikota dapat mencalonkan diri meskipun belum berusia 40 tahun.
Telah mengguncang peta politik Pilpres 2024. Pecahnya dukungan Jokowi dan hadirnya pasangan antara Prabowo dan Gibran, Pilpres kali ini diprediksi akan menjadi salah satu pertarungan politik paling sengit dan menarik di Indonesia. Setiap kandidat memiliki peluang untuk meraih dukungan maksimal, dan dinamika yang terus berubah membuat situasi ini semakin tak terduga. (*)
Penulis : A. Muh. Rifky Nugraha Mahasiswa Ilmu Politik UIN Alauddin Makassar