Secara umum, anak-anak tuli memiliki kecerdasan normal dan rata-rata. Prestasi anak-anak tuli sering kali lebih rendah daripada anak-anak normal karena dipengaruhi oleh kemampuan anak-anak tuli dalam memahami pelajaran yang diberikan secara verbal.
Namun, untuk pelajaran yang tidak bersifat verbal, perkembangan anak-anak tuli sama cepatnya dengan anak-anak normal. Prestasi rendah anak-anak tuli bukan disebabkan oleh kecerdasan mereka yang rendah, tetapi karena anak-anak tuli tidak dapat memaksimalkan kecerdasan mereka.
Aspek kecerdasan yang berasal dari verbal sering kali rendah, tetapi aspek kecerdasan yang berasal dari penglihatan dan keterampilan motorik akan berkembang dengan cepat.Saat ini, pendidikan dan pembelajaran dilakukan secara blended, yaitu campuran antara pembelajaran tatap muka dan Online. Saat ini, Indonesia dan Malaysia memasuki era endemik di mana periode transisi dari pandemi Covid-19 ke kehidupan normal di mana banyak dosen atau guru dari lembaga pendidikan tinggi melakukan pembelajaran campuran antara tatap muka dan pembelajaran Online.
Namun, pembelajaran daring masih menjadi masalah bagi siswa dengan kebutuhan khusus, terutama bagi penyandang tuli. Siswa dengan kebutuhan khusus mengalami kesulitan dalam menerima pembelajaran dan menyampaikan respons dari pembelajaran kepada dosen yang mengajar secara Online. Faktor pertama adalah karena kurangnya dosen yang memahami bahasa isyarat dan kurangnya asisten untuk membantu siswa selama proses pembelajaran sehingga komunikasi antara dosen dan siswa tidak terjalin dengan baik.