Antara lain, meningkatkan serapan CBP melalui 10% DMO Resiprokal Program Mandiri Benih, melaksanakan Program Beras ASN untuk efisiensi rantai distribusi, serta mengurangi tekanan permintaan di pasar tradisional. Melakukan pengendalian inflasi menjelang Nataru. Melaksanakan kebijakan penyaluran beras ke toko-toko retail secara terukur dan bertanggungjawab.
Kedua, terkait aspek ketahanan pangan, sesuai data, Sulsel menempati posisi strategis dalam produksi pangan beras. Sehingga Sulsel dikenal sebagai lumbung beras nasional jadi mampu melayani sekitar 14 persen dari total kebutuhan beras dari beberapa propinsi. Oleh karena Sulsel selalu mampu menghasilkan surplus beras. Tahun 2023 diperkirakan surplus terbesar di KTI, sekitar 291 ribu ton. Ada 3 kabupaten penghasil beras terbesar, secara berurut, Kabupaten Bone, Wajo dan Sidrap.
Dalam konteks jangka pendek karena masa jabatan Pj. Gubernur yang terbatas, maka target program ketahanan pangan di Sulsel sekurangnya hanya bisa mempertahankan posisinya sebagai daerah penghasil surplus beras terbesar di KTI, untuk memenuhi kebutuhan beras propinsi lain dan dapat menjaga stabilitas harga beras yang terus meningkat.
Dalam kaitan itu, telah disiapkan beberapa kebijakan, diantaranya meningkatkan CBP untuk meningkatkan pasokan beras, melakukan resiprokal Program Mandiri Benih, berusaha mengurangi tekanan permintaan beras di pasar tradisional melalui program beras ASN, sekaligus memotong rantai distribusi yang selama ini menjadi masalah pokok di sektor perberasan. Selain itu, otoritas terkait akan terus menjaga harga beras berada pada level Rp10.900/Kg (sesuai HET).