Oleh: Prof. Dr. rer.nat. Marianti A. Manggau, Apt. / Guru Besar Farmasi Unhas
Penyakit kardiovaskular, seperti aterosklerosis, hipertensi, hiperlipidemia, dan trombosis, telah menjadi masalah global yang meningkat pesat. Kematian akibat penyakit ini telah meningkat sebesar 12,5% selama dekade terakhir, menjadikannya penyebab utama kematian di seluruh dunia, terutama semakin nyata selama pandemi COVID-19.
Salah satu penyebab utama patologi dalam penyakit ini adalah disfungsi endotel yang disebabkan oleh gangguan metabolisme lipid dan akumulasi monosit pada pembuluh darah. Makrofag yang berasal dari monosit ini tidak dapat mengatasi respon inflamasi dengan baik, yang akhirnya menyebabkan pembentukan plak aterosklerotik.
Pengobatan utama untuk mengatasi ketidakseimbangan lipid adalah dengan menggunakan statin, yang dianjurkan oleh panduan penatalaksanaan dislipidemia saat ini. Namun, efek samping dari statin, seperti mialgia, miositis, rhabdomyolysis, dan kerusakan hati, juga perlu diperhatikan. Karena itu, penelitian terkait senyawa bioaktif baru telah menjadi fokus utama.
Salah satu sumber potensial adalah senyawa yang terkandung pada alga cokelat yaitu fukoidan. Fukoidan merupakan polisakarida yang melekat pada dinding sel alga coklat serta beberapa jaringan invertebrata laut, termasuk jenis rumput laut yang umumnya di konsumsi sehari-hari (edible). Fukoidan terdiri dari gugus L-fukosa dan sulfat serta proporsi galaktosa, rhamnosa, xilosa, dan mannose yang berbeda. Fukoidan memiliki berbagai aktivitas biologis, termasuk kemampuan untuk mengurangi reaksi inflamasi, melindungi ginjal dari kerusakan, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian tentang efek fukoidan dalam mengurangi kadar lipid dalam darah, mencegah aterosklerosis, dan menghambat pembentukan trombus juga telah berkembang pesat.
Aterosklerosis, yang merupakan salah satu komponen utama penyakit kardiovaskular, sering disebabkan oleh peradangan kronis akibat akumulasi lipid. Fukoidan telah terbukti dapat memperlambat perjalanan penyakit ini dengan berbagai mekanisme, termasuk efek antioksidan yang dapat melindungi sel endotel dari kerusakan oleh radikal bebas. Selain itu, fukoidan dapat mengurangi pelepasan sitokin inflamasi, mengurangi kerusakan sel endotel, dan memperbaiki gangguan metabolisme.
Selain itu, fukoidan juga menunjukkan aktivitas antikoagulan yang dapat melindungi dari pembekuan darah yang berlebihan yang dapat mencegah penyakit trombotik seperti infark miokard dan stroke iskemik. Dilaporkan, sebagian besar fukoidan dapat menghambat produksi trombin selama koagulasi endogen dan eksogen. Ini meningkatkan waktu tromboplastin parsial teraktivasi (aPTT) dan waktu tromboplastin (TT), dan tingkat peningkatannya sama atau lebih tinggi dari heparin. 90 Fukoidan sulfat dari teripang diekstraksi dan dimurnikan, dan aktivitas antikoagulannya diidentifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa heparin kofaktor II memiliki aktivitas antikoagulan bawaan dan aktivitas antitrombin spesifik. Mode sulfasi spesifik dan posisi ikatan glikosidik dalam fukoidan memberikan aktivitas antikoagulasi.
Penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme tersebut menunjukkan bahwa fukoidan mampu menghambat jalur koagulasi internal dengan menargetkan faktor koagulasi intrinsik Xase. Ganapati dkk. menunjukkan bahwa fukoidan secara signifikan menghambat faktor koagulasi endogen dan eksogen yang terlibat dalam jalur koagulasi. Fukoidan yang diisolasi dan dimurnikan dari Sargassum Sp dan diuji pada konsentrasi tertinggi menunjukkan waktu pembekuan darah terpanjang, dan waktu pembekuan darah setiap komponen lebih lama dibandingkan dengan adanya obat anti pendarahan yaitu aspirin dan clopidogrel. Oleh karena itu, fucoidan, sebagai obat antikoagulan dan antitrombotik dengan efek samping yang lebih sedikit, memiliki prospek penerapan yang baik untuk pengobatan penyakit kardiovaskular.
Meskipun fukoidan menjanjikan sebagai alternatif yang potensial dalam pengobatan penyakit kardiovaskular, masih ada sejumlah tantangan yang harus diatasi. Variabilitas struktur kimia dan berat molekul fukoidan yang tergantung pada sumber atau tempat tumbuhnya dan metode ekstraksi yang berbeda menimbulkan beberapamasalah. Selain itu, penelitian farmakokinetik yang lebih mendalam dan penentuan dosis klinis diperlukan sebelum fukoidan dapat diterapkan secara luas dalam pengobatan penyakit kardiovaskular.
Meskipun demikian, fukoidan telah mendapatkan perhatian sebagai suplemen makanan dan produk kesehatan yang mungkin bermanfaat dalam pengobatan penyakit kardiovaskular. Dana penelitian dari Riset Inovatif dan Produktif UK Indonesia Consortium for Interdisciplinary Science memberikan harapan untuk lebih memahami potensi yang dimiliki oleh fukoidan yang diisolasi dari alga coklelat dalam mendukung kesehatan jantung dan pembuluh darah manusia. Semoga penelitian ini membawa kita lebih dekat pada solusi yang efektif untuk masalah penyakit kardiovaskular yang melanda dunia saat ini. Dengan adanya penelitian lebih lanjut, potensinya sebagai obat alternatif yang efektif untuk masalah ini dapat terealisasikan. (*)