Lalu pertanyaannya, apakah BRICS yang menyepakati mekanisme LCS dalam perdagangan internasionalnya akan mengkonversi cadangan devisa Bank Sentral-nya ke dalam mata uang lokal? Jawabnya, masih sulit menggantikan peran Dollar AS sebagai mata uang global dan cadangan devisa Bank Sentral berbagai negara di dunia.
Dalam jangka pendek dan menengah, fenomena dedollarisasi melalui kesepakatan LCS antar negara BRICS hanya akan membantu menstabilkan nilai tukar mata uang masing-masing negara terhadap Dollar AS, tetapi masih sulit menggeser dominasi Dollar AS sebagai mata uang global. Hal ini terkait dengan kebijakan bank sentral berbagai negara yang pada tahap pertama memenuhi minimum reserve masih dalam mata uang Dollar AS yang nilainya setara dengan nilai tiga bulan impor.
Setelahnya, pada tahap kedua, asset Bank Sentral menggunakan mata uang non Dollar AS, paling tidak “big four” ditambah Won Korea, Dollar Australia, Dollar Kanada, Dollar Singapura, dan Renminbi China. Pilihan terhadap “big four plus” berkaitan dengan kestabilan, likuiditas dan kemudahannya dalam transaksi.
Tantangan terbesar BRICS menggeser Dollar AS sebagai mata uang global adalah posisi perekonomian AS yang merupakan perekonomian terbesar di dunia. Tidak hanya itu, eksistensi Dollar AS sebagai mata uang global didukung oleh sistem politik yang stabil, menjamin property rights dan pelaksanaan perjanjian kontrak.
Dollar AS juga didukung oleh sistem keuangan yang sophisticated dengan jaringan perbankan sangat luas, perusahaan investasi global, dan lembaga keuangan lainnya yang dapat melayani semua transaksi keuangan internasional yang rumit dan kompleks. Selain itu, perekonomian AS memiliki sejarah panjang dalam perdagangan dan investasi internasional.