Saat ini cuaca panas dan ekstrem makin sering terjadi di berbagai belahan dunia. Termasuk di Indonesia.
Tingginya suhu udara menyebabkan dampak yang sangat merugikan bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Beberapa dampak dari cuaca panas dan ekstrem antara lain dehidrasi, heatstroke, peningkatan polusi udara, kebakaran hutan dan lahan, serta berbagai masalah kesehatan lainnya.
Perubahan iklim menjadi salah satu faktor yang memperparah cuaca panas dan ekstrem ini. Meningkatnya emisi gas rumah kaca dan polusi udara menyebabkan suhu udara semakin meningkat. Selain itu, deforestasi dan urbanisasi yang tidak terkendali juga menjadi faktor penyebab cuaca panas dan ekstrem semakin parah.
Bahkan Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) memberi peringatan bahaya tersebut. BMKG dalam akun Instagramnya, menjelaskan soal Indeks Ultraviolet Sinar Matahari (UV) pada 03 Mei 2023.
Sejumlah wilayah Indonesia memiliki indeks UV kategori rendah atau hijau pada 06:00-07:00 Wita. Namun berikutnya pada pukul 08:00 Wita, indeks UV mulai mengalami peningkatan. Di Indonesia bagian tengah dan timur masuk level moderat (kuning, risiko bahaya sedang).
Setelah itu, pukul 09.00 Wita memasuki level tinggi (oranye, risiko bahaya tinggi). Pukul 10:00 Wita, tingkat UV di seluruh Indonesia terus meningkat hingga pukul 13.00 Wita.
Sehingga, imbauan dalam mengatasi cuaca ekstrem, kita perlu melakukan tindakan yang konkret. Masyarakat perlu memperhatikan penggunaan alat pelindung seperti kacamata agar terhindar dari kerusakan mata dan menggunakan tabir surya SPS 30+ setiap hari.
Saatnya melakukan penanaman kembali, mengurangi deforestasi, kemudian pemerintah memperkuat regulasi dan melakukan tindakan konkret untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mempromosikan energi terbarukan.
Selain itu, kita juga harus mempersiapkan diri menghadapi cuaca panas dan ekstrem. Masyarakat dan pemerintah harus lebih memperhatikan sistem peringatan dini dan infrastruktur yang lebih tangguh untuk menghadapi cuaca panas dan ekstrem. Masyarakat juga perlu dilatih untuk dapat bertindak cepat dan tepat saat menghadapi situasi darurat akibat cuaca panas dan ekstrem.
Cuaca panas dan ekstrem bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi. Dampaknya sangat besar bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, semua pihak harus bergerak cepat dan bersama-sama untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan menghadapi cuaca panas dan ekstrem dengan lebih baik. Kita harus bertindak sekarang untuk mencegah dampak yang lebih buruk di masa depan. (*)
Lathifah Mufidah Janah
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Makassar (UNM) yang sedang magang di FAJAR. Tulisan ini untuk memenuhi tugas membuat “tajuk (editorial)”.