FAJAR, MAKASSAR-Kala Teater didirikan di Makassar pada Februari 2006. Kala Teater berupaya mencapai visinya, yakni mengasah kepekaan antar-manusia melalui program penciptaan seni pertunjukan, kolaborasi lintas disiplin seni, pelatihan, residensi, diskusi, dan penelitian budaya.
Kala Teater merupakan sebuah inisiatif untuk memperkaya pemikiran dan karya di lanskap kebudayaan kontemporer dengan menggunakan perspektif kearifan lokal.
Kala Teater berupaya menciptakan ekosistem kesenian yang inklusif dan setara melalui intervensi isu jender, ketubuhan, kota, dan sosial. Diharapkan dari berbagai intervensi tersebut mampu mendorong kesadaran kolektif masyarakat atas situasi yang terjadi di sekitarnya.
Tahun ini Kala Teater kembali melakukan Proyek Kota dalam Teater [City in Theatre Project] merupakan proyek pembacaan isu-isu kota melalui riset terhadap warga kota yang dikerjakan Kala Teater sejak tahun 2015 hingga 2025.
Sejak tahun 2015 hingga 2021 Kala Teater telah melakukan 8 riset dengan topik, yakni Kemacetan Lalu Lintas dan Kriminalitas di Jalan Raya, Sampah, Banjir, Peningkatan Jumlah Orang Bunuh Diri, Peningkatan Jumlah Orang Gila, Reklamasi Pantai Losari, Pengalaman Traumatik Perempuan, dan terakhir di masa pandemi melakukan riset tentang Fenomena Ketubuhan Warga Makassar di Masa Pandemi.
Sejak digagas program ini telah melibatkan 820 warga kota Makassar sebagai responden (yang jumlahnya akan terus bertambah) dan 56 seniman. Ini merupakan kolaborasi yang menunjukkan ketidakberjarakan seni dan masyarakatnya. Dari program ini diharapkan pula pemahaman warga atas isu yang terjadi di kotanya menjadi lebih baik.
Tahun ini Kala Teater menggunakan pendekatan seni performans dalam menyatakan hasil riset yang dilakukan. Proyek Kota dalam Teater 2022 diawali dengan melaksanakan Laboratorium yaitu program belajar bersama perihal isu-isu kota melalui perspektif warga dan fokus menelisik seni performans melalui studi karya performans, diskusi, riset tematik dan artistik, workshop, latihan, dan presentasi karya-sedang-tumbuh. Laboratorium dilaksanakan sejak April hingga Oktober 2022.
Temuan yang muncul saat melakukan laboratorium bersama mengenai isu-isu kota adalah adanya kebutuhan warga kota yang tidak terhubung dengan kota yang didiaminya. Atau pembangunan kota yang tidak terhubung dengan kebutuhan warga.
Terjadinya pergeseran identitas Kota Makassar akibat pembangunan tanpa menimbang kebutuhan warga, kontestasi di ruang-ruang kota, persoalan lingkungan dan ruang terbuka hijau, dan tradisi yang tidak lagi relevan tehadap warganya.
Setelah melakukan riset terhadap 300 warga kota, proyek Kota dalam Teater menarik sebuah tema besar yaitu, Yang Tidak Terhubung: Warga dan Kota. Tema ini difokuskan pada 4 sub tema yang dinyatakan di ruang publik melalui medium seni performans.
Pertama, fenomena arogansi pengiring jenazah di jalan raya. Performans menyoroti perilaku semena-mena pengiring jenazah yang melanggar aturan lalu lintas, mengganggu ketertiban umum, dan menggunakan kekerasan.
Riset menunjukkan perilaku pengiring jenazah tersebut mengakibatkan keresahan dan kerugian warga lain sebagai pengguna jalan. Kedua, peran dan fungsi terminal yang diabaikan. Terminal sebagai ruang publik yang tidak lagi digunakan oleh warga sesuai fungsinya. Peran terminal sebagai ruang pertemuan dan perpisahan antar warga diabaikan akibat beragam persoalan, antara lain fasilitas yang rusak dan kumuh serta munculnya terminal bayangan.
Ketiga, mengenai kontestasi pada pekerja bangunan perempuan. Tema ini menyoroti kontestasi antara laki-laki dan perempuan perihal pekerjaan publik, yakni pekerja bangunan.
Hasil riset menunjukkan pekerja bangunan perempuan secara sadar memilih profesi tersebut. Namun, meski telah menggunakan otoritasnya dengan baik, pada praktiknya, pekerja bangunan perempuan tidak mendapatkan upah setara dengan laki-laki dan perempuan dan terjadi diskriminasi. Keempat, fenomena tradisi uang panaik di Makassar.
Tradisi uang panaik dalam konteks masa kini dinilai sudah tidak relevan. Hal ini akibat tradisi tersebut tidak lagi dipraktikkan berdasarkan nilai filosofis yang mendasarinya melainkan cenderung sebagai ajang kontestasi materi. Praktik uang panaik dalam konteks kekinian juga membentuk opini bahwa perempuan adalah komoditi pernikahan.
Performans akan dilaksanakan di tiga ruang publik Kota Makassar. Pada Sabtu, 5 November 2022, performans dengan judul “Yang Kian Ditinggalkan” oleh Mega Herdiyanti akan dilaksanakan pada pukul 10.00 di Terminal Mallengkeri.
Setelah itu dilanjutkan performans dengan judul “Halang Jalan” oleh Sabri Sahafuddin pada pukul 14.00 di jalan A.P Pettarani hingga jalan Urip Sumoharjo. Pada Minggu, 6 November 2022 performans akan dilaksanakan di Taman Macan yaitu, “Perempuan Bangunan” oleh Nurul Inayah pada pukul 10.00 dan “Belanja Citra” oleh Dwi Lestari Johan pada pukul 14.00.
Nurul Inayah mengatakan, Kota dalam Teater dilaksanakan di ruang publik sebagai upaya mendekatkan warga pada seni dan isu di kotanya. Rangkaian Proyek Kota dalam Teater masih akan terus berlangsung selama bulan November dengan pertunjukan teater. “Proyek Kota dalam Teater ini didukung oleh Dana Indonesiana,” ujarnya dalam rilis. (*/ham)