Info tentang harga bahan bakar minyak (BBM) sudah menjadi perbincangan bangsa-bangsa dan negara-negara di dunia ini. Perbincangan mereka viral, tetapi berbeda-beda. Memang situasi begini selalu dimanfaatkan oleh mereka yang suka sensasi. Termasuk yang punya hobi mengejek bangsa sendiri dengan memanasi kenaikan BBM. Sumber info yang beragam sulit diverifikasi. Karena itu bagi saya, masalah BBM ini adalah masalah global, tak terkecuali negara maju. Bukan masalah regional, lokal, apalagi satu negara saja. Yang bervariasi ketika kenaikan harga BBM terjadi ialah kondisi masing-masing negara. Ada negara maju, namun tak luput dari masalah BBM. Perang Rusia-Ukraina dituding sebagai penyulutnya. Ada negara belum tergolong kaya, tapi tidak seheboh negara lain dalam menghadapi masalah BBM.
Daftar negara dengan harga BBMnya termurah atau termahal viral di medsos. Di mana posisi Indonesia, apa termasuk di daftar negara termurah atau termahal BBMnya, atau berada di antara dua posisi, bukan pada jajaran termurah atau termahal?
Ketika pada awal bulan ini harga BBM naik, heboh membanding-bandingkan harga BBM di negeri sendiri dengan negeri lainnya, membuat perbincangan makin heboh. Lha, di negeri orang harga BBM “sangat”, di negeri sendiri melambung ke langit.
Angka-angka rupiah harga BBM di Indonesia pun viral. Pertalite yang awalnya dijual dengan harga Rp7.650 kini menjadi Rp10.000 per liter. Hal yang sama berlaku pula untuk Solar bersubsidi dan Pertamax, yang harganya naik menjadi Rp6.800 dan Rp14.500 per liternya. Ada kehebohan membaca angka-angka itu. Sebagai orang yang tidak memahami urusan harga dan ekonomi perminyakan, saya asyik juga membaca BBM yang menghebohkan manusia. Mungkin “asyik” mengikuti irama kehebohan itu. Tidak lucu, bukan.
Misalnya, asyik membaca judul berita, “GP Ansor Dukung Harga BBM Naik, Yaqut Cholil: Ini Bentuk Keadilan Subsidi untuk Rakyat”. Ada tulisan, “Indonesia masuk dalam daftar 10 negara dengan harga BBM termurah. Namun setelah kenaikan harga BBM, Indonesia tak lagi masuk ke dalam daftar tersebut”.
“Asyik” juga membaca ini: harga BBM terendah di Venezuela Rp330 per liternya. Libya Rp 451 per liternya, Iran Rp795 per liternya, Algeria Rp4.873 per liternya, Kuwait Rp5.071 per liternya, Angola Rp5.553 per liternya, Turkmenistan Rp6.373 per liternya, Kazakhstan Rp6.559 per liternya, Nigeria Rp6.699 per liternya, dan Malaysia Rp6.796 per liternya. Saya menikmati ke”asyik”an membaca itu semua, tanpa perlu bertanya, benarkah tulisan itu? Buat apa menanyakannya, toh orang-orang semua sedang menikmati kehebohan BBM.
Alhamdulillah, Indonesia masih jauh dari nilai jual harga BBM tertinggi, yang saat ini dipegang oleh Hong Kong dengan harga terendah Rp44.370 per liternya. Alhamdulillah, Indonesia tidak termasuk di jajaran 10 negara dengan harga BBM termahal. Sebab, harga BBM termahal di dunia berada di kisaran angka Rp30.000-Rp 44.000 per liter.
Sesungguhnya di dalam suasana heboh kenaikan harga BBM masih banyak yang mengharuskan kita mengucapkan “alhamdulillah”. Sebab, pernyataan syukur tidak semata kepada nikmat yang dirasakan. Derita yang tidak separah derita orang lain pun patut disykuri. Minimalnya mudarat dibanding mudarat yang dialami bangsa lain, patut disyukuri. Jika masih ada sedikit nikmat dicelah derita harga BBM, ucapkanlah syukur! Hanya yang bersyukur ditambah kebahagiaanya oleh Allah. Sedang yang tak pandai bersyukur, akan merasa pahit di setiap keluhan-keluhannya!