Meskipun perang dingin telah berakhir, namun pertentangan antara sekutu Amerika Serikat dengan organisasi NATO dan Rusia serta negara persemakmuran bekas Uni Soviet masih berlangsung sampai saat ini. Hanya saja, sekarang tidak ada lagi pertentangan ideologi Kapitalisme Liberal vs Sosalisme Komunisme. Beberapa negara bekas Uni Soviet telah bergabung ke NATO, seperti Belarus, Estonia, Latvia dan Slovakia.
“Hingga saat ini, NATO terus melakukan ekspansi dan menerima negara-negara bekas Uni Soviet untuk bergabung, termasuk Ukraina. Kondisi ini membuat Putin kurang senang dan meminta NATO untuk tidak menerima Ukraina sebagai anggota NATO untuk saling menghormati kedaulatan negara dan kawasan. Namun, NATO menyatakan untuk menolak saran tersebut dan tetap membuka peluang Ukraina untuk bergabung,” tambah Agussalim.
Agussalim berpendapat, jika Ukraina bergabung dengan NATO, maka ada kemungkinan banyak senjata anti-tank dan anti-artillery, bahkan mungkin diberikan rudal dan berada di wilayah tetangga. Dengan demikian, Putin tidak akan menginginkan pihak musuh berada di halaman rumahnya dan mengancam kedaulatan negara.
Lebih lanjut Agussalim mencoba membandingkan krisis Ukraina dengan Krisis Rudal Kuba di tahun 60-an antara negara Kuba dan Amerika Serikat (AS). Krisis Kuba yang merupakan tetangga Amerika Serikat yang berafiliasi dengan Uni Soviet.
Menurutnya, dalam perang ada tiga komponen penting yang harus dipertimbangkan yaitu moral, konseptual dan material. Moral terkait dengan motivasi yang mendasari pasukan untuk bertempur. Material adalah peralatan dan teknologi militer yang digunakan selama perang dan konseptual menjadi bagian stategi perang yang digunakan untuk memenangkan pertempuran.