Program ini telah mampu memberikan sumbangsih pemulihan bagi warga Makassar dalam mengatasi masalah Covid-19. Sehingga, Makassar turun level ke tingkatan dua dan berubah warna yang tadinya zona merah dengan jumlah penderita covid yang tinggi sekarang sudah kuning atau penderita covid minim.
Krisis Komunikasi
Banyak berita hoax sekitar masalah covid-19 menyebabkan terjadi krisis komunikasi. Dimana dalam menghadapi kondisi krisis akibat dari pandemi covid-19, membutuhkan strategi komunikasi krisis yang terencana, sebab mengubah perilaku masyarakat secara spontan bukanlah perkara mudah.
Sementara pembatasan interaksi menjadi salah satu upaya yang direkomendasikan dalam pengendalian penyebaran virus. Apalagi pasca pemberlakukan aturan diumumkan dan diterapkan masih saja didapati masyrakat yang tidak perduli dengan tetap berkumpul dan berkerumun pada sejumlah sudut dan lorong-lorong kota.
Informasi kenaikan kurva terinfeksi oleh paparan virus melalui media mainstream oleh Pemerintah Kota Makassar tidak memberikan efek perubahan perilaku khususnya kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Berbagai cerita efek kengerian covid-19, mewarnai pemberitaan sebagai salah satu bencana kesehatan terburuk dalam sejarah peradaban manusia-seperti tidak berpengaruh terhadap masyarakat.
Akibat tidak adanya kepatuhan muncul fenomena kepanikan diawal terjadi covid-19, berupa ketakutan dan kecemasan di masyarakat yang memicu ‘panic buying’. Masyarakat serentak memborong kebutuhan medis seperti maske, disinfektan, dan vitamin. Dimana, peristiwa panic buying akhirnya menuai kritik banyak pihak akan gagalnya pemerintah dalam menjalankan komunikasi publik saat menghadapi krisis akibat Covid-19.