“Ini adalah yang pertama di Indonesia. IMMIM menyebutnya sebagai cara baru menakar kemajuan masjid dengan indikator terukur dan objektif,” ucapnya.
Yang keempat adalah peluncuran Masjid Nurul Murtahidah IMMIM Ramah Disabilitas Tunarungu. Di masjid ini, setiap salat Jumat akan tersedia juru bahasa isyarat, sebagai bentuk komitmen IMMIM dalam melayani semua kalangan.
“Kami ingin ini menjadi contoh bagi masjid-masjid lain agar inklusif,” ujar Ishaq.
Program kelima adalah Jendela IMMIM, kolaborasi antara IMMIM dan media sosial rakyat. Program ini akan menjadi platform berbasis digital untuk dokumentasi dan pelaporan seluruh kegiatan IMMIM, termasuk kolaborasi dengan masjid binaan.
“Semua kegiatan akan bisa dipantau publik sebagai bentuk transparansi,” tambahnya.
Ketua Umum Yayasan Dana Islamic Center IMMIM, Dr. Hj. Nur Fadjri FL, SP, M.Pd menegaskan bahwa IMMIM tetap teguh pada prinsip independensinya meskipun tetap menjalin kolaborasi strategis.
“IMMIM lahir dari keikhlasan, dan kami para penerus wajib menjaga kemurniannya. Kami tidak bergabung ke organisasi mana pun, tapi selalu terbuka bekerja sama untuk kemaslahatan,” ucapnya.
Ia pun mengapresiasi konsistensi dukungan Pemerintah Kota Makassar dari masa ke masa.
“Sejak zaman Pak Ilham Arief Sirajuddin hingga Wali Kota saat ini, IMMIM selalu mendapat dukungan. Bahkan sekarang diperpanjang dan diperkuat dengan pengembangan yang lebih besar,” tuturnya.
Salah satu bentuk konkret dukungan IMMIM terhadap masjid adalah dengan memberikan stimulan dana sebesar Rp2 juta per bulan untuk masjid pembina yang aktif membina masjid lainnya. Saat ini, sudah ada 8 masjid pembina dan 11 masjid binaan ekstra yang menerima manfaat program tersebut.