English English Indonesian Indonesian
oleh

Epilepsi Ganggu Perkembangan Otak Anak, Kenali Gejalanya

Lanjut dr. Arie. Karena otak anak masih berkembang, ia lebih rentan terhadap berbagai gangguan neurologis yang dapat memicu kejang. Kondisi ini membuat anak-anak menjadi kelompok yang rentan terhadap epilepsi.

“Meski beberapa kejang dapat bersifat ringan atau hanya berlangsung beberapa detik, tetap harus diwaspadai terutama jika terjadi berulang,” ucapnya.

Orang tua perlu memperhatikan gejala-gejala yang sering kali tampak ringan atau tidak disadari. Misalnya, anak yang tiba-tiba berhenti menulis atau makan, melamun, atau terlihat kosong sejenak secara berulang bisa jadi sedang mengalami jenis kejang yang disebut absence seizure.

“Kadang manifestasi kejang pada anak hanya terlihat seperti kaget berulang, atau tiba-tiba berhenti beraktivitas beberapa detik. Kalau itu berulang, harus dicurigai dan diperiksakan,” ucapnya.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sulawesi Selatan, Dr. dr. H. Idham Jaya Ganda, Sp.A, Subsp. ETIA mengatakan tak jarang, kejang jenis ini luput dari perhatian karena tidak disertai gerakan ekstrem seperti kejang tonik-klonik (kejang seluruh tubuh).

“Padahal, kejang kecil seperti itu juga merupakan bagian dari spektrum epilepsi,” ucapnya.

dr Idham juga menekankan pentingnya diagnosis dini. Deteksi dan penanganan yang cepat sangat membantu mengontrol epilepsi, sehingga anak dapat tumbuh dan belajar dengan optimal. “Semakin cepat dideteksi, semakin besar peluang anak mendapat penanganan yang tepat,” katanya.

Jika anak didiagnosis menderita epilepsi, segera beri bantuan pengobatan yang teratur dan pengawasan medis yang baik. Pengobatan epilepsi umumnya melibatkan pemberian obat anti-kejang yang disesuaikan dengan jenis kejang dan usia anak. (*)

News Feed