FAJAR, BEIJING – Ketika dunia sibuk memperdebatkan kecanggihan jet tempur dan rudal hipersonik, China diam-diam menyiapkan senjata kecil namun potensial: drone seukuran nyamuk.
Lewat proyek ambisius yang dikerjakan oleh para ilmuwan di National University of Defence Technology (NUDT), Negeri Tirai Bambu memasuki babak baru dalam dominasi sistem pengintaian mikro berteknologi tinggi.
Dalam tayangan CCTV 7 yang dirilis akhir pekan lalu, publik China diperlihatkan puncak dari pengembangan robot bionik supermini—termasuk drone bersayap lembut menyerupai serangga, yang diklaim nyaris tak terdeteksi radar maupun mata manusia.
“Ini bukan sekadar miniatur, ini terobosan dalam strategi pengumpulan intelijen yang tak bisa dideteksi,” ujar Liang Hexiang, mahasiswa riset NUDT yang terlibat dalam proyek tersebut.
Kecil, Sunyi, dan Efisien
Dengan bentuk yang menyerupai nyamuk, drone ini didesain untuk menyusup, memata-matai, dan mengeksekusi misi tanpa jejak. Ukurannya hanya seujung jari, tapi di dalamnya tersemat sistem kontrol, sensor, baterai, dan kamera mini.
Prototipe lain yang dipamerkan bahkan sudah bisa dikendalikan melalui ponsel pintar—indikasi bahwa teknologi ini tengah dikembangkan menuju efisiensi dan portabilitas tinggi di lapangan.
Teknologi biomimetik menjadi kunci utama: China tidak lagi meniru bentuk pesawat atau helikopter mini, tetapi langsung mengambil inspirasi dari serangga untuk menciptakan robot mata-mata yang benar-benar tersembunyi.
Imbangi Dominasi Barat
Selama ini, AS dan NATO lebih dulu dikenal dengan teknologi drone mikro seperti Black Hornet, yang sudah digunakan dalam misi-misi militer tingkat tinggi. Namun kemunculan proyek China ini menandakan perubahan lanskap: bahwa Asia, khususnya China, mulai menyaingi Barat tidak hanya secara kuantitas, tapi juga kualitas dan kecerdikan teknologinya.