FAJAR, MAKASSAR — Sekolah Islam Athirah Bukit Baruga menjadi tuan rumah penyelenggaraan Kelas Pendidik dan Kelas Pemimpin, sebagai bagian dari rangkaian Temu Pendidik Nusantara (TPN) XII Kota Makassar yang berlangsung pada Sabtu, 21 Juni 2025.
Kegiatan ini menjadi wadah berbagi praktik baik dari para guru dan pemimpin pendidikan yang berani berinovasi, membangun jejaring, serta bertransformasi—baik di dalam ruang kelas maupun dalam pengelolaan sekolah.
Dalam sesi yang berlangsung paralel, hadir empat kelas pendidik dan satu kelas pemimpin yang memunculkan total 18 narasumber dari berbagai latar belakang pendidikan. Mereka menyampaikan kisah nyata tentang bagaimana menjawab tantangan pendidikan masa kini dengan aksi konkret dan inspiratif.
Kelas Pemimpin: Kepemimpinan yang Menggerakkan
Kelas ini menghadirkan dua praktik kepemimpinan sekolah yang menggugah:
Dr. Sarwinah, S.Pd., M.Pd. menyampaikan materi berjudul “DEBUS: Solusi Membantu Mengurangi Sampah di Sekolah”, sebuah program yang tidak hanya fokus pada kebersihan, tetapi juga membentuk budaya sadar lingkungan di komunitas sekolah.
Muhammad Agus, S.Pd. memaparkan kisah kepemimpinannya melalui “Sekolah Pinggiran, Mimpi Besar: Perjalanan Menuju Sekolah Bermakna”. Ia menunjukkan bahwa keterbatasan geografis dan sumber daya bukanlah penghalang untuk menciptakan sekolah yang transformatif.
Kelas Pendidik 1: Relasi Emosional dalam Pembelajaran
Empat guru membagikan pengalaman membangun relasi bermakna dengan murid:
Taufiqurrahman – “Mengelola EMOSI, Membangun Relasi”
Cicit Fatimiyah, S.Pd., M.Pd., Gr. – “Mengajar Bukan untuk Hebat, Tapi untuk Berdampak”
Reski Indah Sari, M.Pd., Gr. – “Cinta yang Mendidik: Relasi Tulus dan Profesional”
Ayu Rezky Pratiwi – “BAKTI (Berbagi Konten, Tebar Inspirasi)”
Mereka menekankan bahwa pembelajaran bermakna tumbuh dari kepercayaan, empati, dan kehadiran utuh seorang guru di kelas.
Kelas Pendidik 2: Guru sebagai Penulis dan Pendidik Digital
Kelas ini menghadirkan para guru yang mengembangkan diri melalui dunia digital dan literasi:
Ayu Rezky Pratiwi – “Langkah Kecil Menuju Buku Pertama”
Ratih, S.Pd., Gr. – “Kreativitas Mengajar di Era Digital”
Anggraeni Latif, S.Pd., M.Pd. – “Jadi Guru Promotor: Awalnya Canggung, Kini Jadi Ruang Bertumbuh Karier”
Asriani Geno, S.Pd. – “Dari Buku Harian ke Buku Nyata”
Kisah mereka menginspirasi pentingnya dokumentasi dan berbagi praktik baik sebagai bentuk pertumbuhan profesional.
Kelas Pendidik 3: Kolaborasi dan Strategi Inklusif
Guru-guru dalam kelas ini membagikan strategi untuk menciptakan perubahan di sekolah melalui pendekatan kolaboratif:
Nur Rahma, S.Pd., Gr. – “Dari Pelengkap Menjadi Penggerak”
(Ia juga membagikan lembar refleksi kepada peserta sebagai bagian dari praktiknya.)
Muhammad Taqwa Jailil – “Asesmen Bermakna: Dari Pilihan Ganda ke Pilihan Berkarya”
Suparmin, S.Pd. – “Menumbuhkan Kepercayaan Murid Lewat Asesmen yang Transparan”
Maurensyiah P. – “Dari Penolakan ke Kepercayaan: Strategi Berkontribusi di Sekolah Baru”
Kelas ini menunjukkan bahwa keberanian untuk berubah dan semangat kolaboratif dapat mengubah dinamika sekolah secara menyeluruh.
Kelas Pendidik 4: Memberi Ruang bagi Murid untuk Percaya dan Tumbuh
Kisah-kisah di kelas ini mengajak guru untuk kembali percaya bahwa murid bisa berkembang, asalkan diberi ruang yang tepat:
Satang – “Muridku Bukan Tak Bisa, Mereka Hanya Belum Percaya”
Sabrianti, S.Pd., M.Pd., Gr. – “Melatih Nalar, Menyuarakan Gagasan: Cerita dari Program KIR SMA Islam Athirah”
Anita Taurisia Putri – “Berbagi Ilmu, Membangun Karier: Praktik Baik Menjadi Narasumber Profesional”
Syamsul Alim Bahri, M.Pd., CPS® – “Creating Lively Classes: How Educators Create Impactful Learning Journey”
Kelas ini menjadi ruang reflektif dan inspiratif, terutama bagi guru muda yang ingin memperluas dampak dan kreativitas dalam pengajaran.
Adelia Octoryta, kurator daerah TPN XII Makassar, menegaskan, “Kita tidak sedang mencari guru terbaik, melainkan menyuarakan praktik baik. Karena yang kita butuhkan hari ini bukan sekadar prestasi, tetapi kolaborasi dan refleksi yang menular.”
Sementara itu, Buri Prahastyo, penggerak Komunitas Guru Belajar Nusantara (KGBN), menyebutkan bahwa kegiatan ini dirancang sebagai ruang aman dan kolaboratif antar pendidik. “Kami ingin guru bertumbuh bukan karena kompetisi, tetapi karena kolaborasi, inspirasi, dan keberanian membagikan prosesnya,” ujarnya.
Mukhlis Rahmad, Koordinator TPN XII Makassar, turut menambahkan, “Pembelajaran terbaik seringkali lahir dari guru untuk guru, dari sekolah untuk sekolah.”
TPN XII tahun ini mengusung tema nasional “Iklim Pendidikan & Pendidikan Iklim.” Sekolah Islam Athirah Bukit Baruga menjadi ruang perjumpaan lintas latar guru, sekolah, dan komunitas yang percaya bahwa transformasi pendidikan dimulai dari kekuatan kisah dan aksi nyata.
Dalam waktu satu jam di tiap kelas, peserta menyerap kisah-kisah yang telah melalui proses panjang: jatuh, mencoba, gagal, lalu bangkit kembali. Kelas Pendidik dan Kelas Pemimpin menjadi bukti bahwa perubahan pendidikan tidak harus menunggu. Ia bisa dimulai hari ini—dari ruang kelas, dan dari guru-guru yang berani berbagi. (*)