MCH dirancang sebagai ruang hidup, bukan hanya bangunan. Aksesnya terbuka gratis, inklusif bagi penyandang disabilitas, perempuan, dan kelompok marginal.
Beberapa fasilitas seperti kafe, ruang komunitas, serta toko kreatif, telah dirancang ramah disabilitas, lengkap dengan akses dan fasilitas penunjang.
“MCH tidak hanya tentang ruang fisik, tapi tentang membuka kemungkinan. Di sini, kita menyulam ide-ide dari berbagai latar belakang, disiplin, dan generasi. Inilah tempat kita merespons kebutuhan angkatan kerja muda Makassar,” jelas Appi.
Wali Kota berlatar politisi itu, juga menggarisbawahi bahwa MCH akan dilengkapi dengan program pelatihan bersertifikasi, baik dari lembaga nasional, maupun dari mitra strategis.
Sertifikasi disesuaikan dengan bidang keahlian peserta, dengan harapan anak-anak muda yang belajar di MCH memiliki daya saing yang tinggi di pasar kerja lokal, nasional, bahkan global.
“Gratis bukan berarti seadanya. Kami pastikan kualitas pelatihan dijaga. Anak-anak yang keluar dari sini harus punya kompetensi yang bisa diandalkan,” tegasnya.
Dengan angka pengangguran terbuka di Makassar mencapai 9,7%, kehadiran MCH diharapkan menjadi salah satu solusi strategis. Ini bukan satu-satunya cara, tapi ini adalah salah satu cara paling konkret bagaimana kami merespons tantangan pengangguran.
“Kami akan mulai dengan melihat antusiasme dan dari situ menetapkan target-target yang bisa dicapai,” tutur Appi.
Ia juga menekankan pentingnya kesetaraan akses terhadap peluang kerja, mengingat masih banyak perusahaan di Makassar yang diisi tenaga kerja dari luar.