Dengan dana KUR tersebut, Arman membeli bibit unggul, menyewa tenaga kerja tambahan, dan memperbaiki sistem irigasi lahannya. Hasilnya pun tak mengecewakan. Di musim panen pertama, ia sudah mampu menutupi seluruh biaya produksi dan mencetak keuntungan.
Semangat Arman tidak berhenti di situ. Ia terus menanam cabai secara berkelanjutan, mempelajari teknik pertanian modern, dan menjaga hubungan baik dengan pembeli dan pengepul. Dalam waktu tiga tahun, keuntungan dari penjualan cabai merah besar ia kumpulkan dan digunakan untuk membeli lahan baru seluas 1,6 hektare yang letaknya tepat di samping lahan awal.
Kini, total luas kebun Arman mencapai 2,8 hektare, sebuah lompatan besar dari titik awal yang hanya 1,2 hektare. Produksinya meningkat pesat dan ia mulai dikenal sebagai salah satu petani cabai sukses di desanya.
“Semua ini tidak akan terjadi tanpa bantuan KUR dari BRI. Saya sangat bersyukur. Bantuan modal itu benar-benar menjadi titik balik dalam hidup saya,” kata Arman dengan mata berbinar.
Tak hanya Arman, manfaat program KUR juga dirasakan oleh petani lainnya di Bone. Salah satunya adalah Darwis, 45 tahun, seorang petani yang memanfaatkan lahan sawahnya untuk menanam cabai saat musim padi belum tiba.
“Kalau bukan musim tanam padi, saya selalu tanami sawah dengan cabai. Saya mulai sejak ikut program KUR dua tahun lalu. Modal dari KUR itu sangat membantu. Saya bisa beli pupuk, bibit, dan peralatan tanam lainnya tanpa harus utang ke tengkulak,” ujar Darwis.
Menurut Darwis, pendapatan dari panen cabai sangat membantu memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Bahkan, hasil dari musim panen tahun lalu ia gunakan untuk menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi.