Lalu, ada program Z Mart yang disalurkan kepada toko kelontong. Mereka diberikan tambahan jualan dan modal usaha. Pengelolanya diberikan pelatihan supaya bisa mengelola pembukuannya, sehingga penjualannya secara tradisional itu bisa lebih bagus.
“Kalau di beberapa tempat misalnya di Bulukumba, Barru, dan Pangkep itu sudah ada Z Chicken, itu seperti KFC, dilakukan pembinaan. Usaha-usaha seperti itu diberikan kepada pelaku UMKM,” terang Ishaq.
Setiap kelompok penerima ini ada tim pengawas dan pembina untuk memantau perkembangan usaha para penerima zakat. Menurut laporan yang ia terima, para penerima zakat ini sudah mulai produktif bahkan ada yang telah berinfak. Artinya, mereka bertransformasi dari mustahik menjadi muzakki.
“Karena kan harapannya itu pemberian sembako atau penyaluran zakat infak itu tidak hanya untuk dihabiskan. Kecuali seperti zakat fitrah, itu harus habis karena untuk konsumtif. Zakat juga ada 8 asnab. Tapi kalau infak ini yang bisa untuk modal. Begitupun untuk sedekah, itu bisa untuk UMKM,” ulas Ishaq.
Selian berinfak, para penerima program Z Auto ini juga akan menggelar aksi sosial. Pada 17-18 Maret akan dibuka layanan Z Auto bagi yang ingin servis motor di Kantor Baznas. Program ini mulai 16 Maret akan launching di Masjid Al Markaz Al Islami.
Tantangan
Ishaq Samad menjelaskan ada beberapa tantangan dalam mewujudkan zakat produktif. Terutama dalam hal mengubah mindset atau pola pikir penerima zakat.
Terkadang ada pandangan bahwa bantuan dari Baznas itu dianggap sumbangan yang tidak ada pengembalian. Dalam hal ini memang Baznas tidak boleh ada pengembalian. Tetapi dalam bentuk infak atau sedekah supaya modal tersebut bisa bergulir ke penerima lainnya.