Selain itu, dengan mengandalkan emas sebagai tabungan dan modal usaha, Asmawati juga terhindar dari inflasi. Nilai uang bisa turun, harga bahan pokok bisa naik, tetapi emas cenderung stabil dan bahkan meningkat nilainya dari tahun ke tahun. Hal inilah yang membuatnya semakin yakin bahwa emas adalah pilihan investasi terbaik bagi seorang pedagang kecil sepertinya.
Suaminya, yang awalnya skeptis dengan kebiasaannya ini, kini mulai memahami manfaatnya. Awalnya, ia merasa ragu ketika melihat istrinya sering ke Pegadaian untuk menggadaikan dan menebus emas. Namun, ketika melihat bagaimana keuangan mereka tetap stabil bahkan setelah Ramadan berlalu, ia pun mulai mendukung penuh strategi ini.
Anak-anak mereka pun diajarkan untuk mengenal pentingnya menabung dan berinvestasi sejak dini. Bagi Asmawati, warisan terbaik bukan hanya harta, tetapi juga ilmu tentang bagaimana mengelola keuangan dengan bijak. Dengan strategi yang telah ia jalani bertahun-tahun, ia berharap anak-anaknya kelak bisa menerapkan prinsip yang sama dalam kehidupan mereka.
Saat senja merayap di langit BTP dan azan magrib berkumandang, Asmawati pun menutup lapaknya. Ia tersenyum puas, membayangkan emasnya yang kelak akan kembali ke tangannya hanya untuk diputar lagi di Ramadan berikutnya. Baginya, emas bukan sekadar harta, tetapi juga kunci ketahanan ekonomi yang telah menyelamatkannya dari banyak kesulitan. Dan di setiap Ramadan, emas itu kembali berputar, menjadi rezeki yang terus mengalir, memastikan bahwa ia dan keluarganya tetap berkecukupan, hari ini dan di masa depan. (*)