English English Indonesian Indonesian
oleh

Hobi Merajut Sejak SD, Skill Itu Kini Beromzet hingga Rp18 Juta Sebulan

“Dari jari-jari keriput Baek-lah (sebutan Nenek Abe), saya selalu meninggalkan segalanya. Bermain ketika dia mulai merenda, lalu menghasilkan sesuatu yang membuat saya mendapatkan energi positif. Bahagia!,” kenangnya. 

Sejak saat itu, Unga mengaku jatuh cinta sama jarum dan benang milik Nenek Abe. Bahkan, sering merengek untuk dipinjami dan pada akhirnya, ia dihadiahi satu jarum dan segulung benang.

“Akhirnya, jarum dan gulungan benang itu menjadi harta saya yang berharga. Selalu menyukai aktivitas ini sampai sekarang. Lalu menumpuk jarum dan benang ketika mampu membelinya sendiri. Hingga membuat beberapa karya lalu saya kagumi sendiri,” ujar perempuan yang lahir Juli 1984 ini.

Keterampilan yang dimiliki unga pun terus berkembang hingga bisa menghasilkan cuan dengan omzet Rp9 juta hingga Rp18 juta per bulan. Untuk mengembangkan usaha tersebut, ia memberdayakan perempuan yang ada di sekitar rumahnya sebagai perajin. Mereka adalah para ibu rumah tangga dan remaja putus sekolah.

 “Modal awal merintis usaha ini berkisar Rp20 juta,” ujarnya.

Untuk bahan bakunya sendiri seperti benang wol, Unga mengaku dibawa oleh perajin. Selanjutnya, mereka membawa pulang ke rumah masing-masing untuk disulam, dirangkai maupun dirajut. Nantinya, Unga tetap menyeleksi kembali sebelum dipasarkan. Saat ini, jumlah perajin yang membantu Ungatawwa ada empat orang.

Dalam sebulan, mereka biasa memproduksi 1.000 pcs produk.  Itu diluar orderan. Dari kerajinan yang diproduksi, Amigurumi  paling laku. Selanjutnya payung besar dan ragam sovenir lainnya. Bahkan, Amigurumi ini sudah menjajal pasar internasional, yang dibawa oleh diaspora Australia dan Madagaskar.

News Feed