“Dengan memahami cara kerja sistem kesehatan Jepang yang sangat maju, diharapkan mahasiswa kita dapat menerapkan pengetahuan ini untuk memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia, yang masih banyak menghadapi tantangan,” ujarnya.
Isu kesehatan global seperti penuaan populasi, ketidaksetaraan akses layanan medis, dan peningkatan penyakit tidak menular juga menjadi topik diskusi utama.
“Jepang, yang memiliki populasi lansia terbesar di dunia, memiliki sistem kesehatan yang sangat difokuskan pada perawatan jangka panjang dan pencegahan,” ucapnya.
Sementara itu, Indonesia yang memiliki masalah demografi dengan proporsi penduduk muda yang besar, perlu merancang sistem yang lebih inklusif untuk melayani berbagai kelompok usia dengan kebutuhan medis yang berbeda.
“Diskusi ini membuka peluang bagi mahasiswa untuk berpikir kritis tentang bagaimana Indonesia dapat belajar dari solusi yang diterapkan di Jepang,” ucapnya.
Selain itu, perhatian terhadap kesehatan mental juga menjadi tema penting dalam pertemuan ini. Jepang, meskipun maju dalam infrastruktur medis, menghadapi tantangan dalam hal stigma sosial terkait penyakit mental, yang kerap membatasi pasien dalam mencari pengobatan.
Di Indonesia, masalah serupa juga ada, meskipun semakin banyak upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. Mahasiswa yang hadir dalam acara ini berdiskusi tentang bagaimana kedua negara dapat bekerja sama untuk mengatasi masalah ini melalui pendidikan dan kebijakan publik yang lebih inklusif.