FAJAR, MAKASSAR — Besarnya pangsa ekspor buah-buahan dunia, khususnya komoditas pisang, menjadi peluang bagi Indonesia untuk terus meningkatkan produksi baik dari segi kuantitas, kontinuitas, maupun kualitas.
Sejalan dengan hal tersebut, Pemprov Sulsel bekerja sama dengan PT Cipta Agri Pratama dalam mendorong pelaksanaan Program Pengembangan Hortikultura Berorientasi Ekspor. Program ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada impor produk hortikultura serta meningkatkan pemerataan ekonomi di daerah.
Pelaksanaan program ini juga selaras dengan arahan Presiden dalam mendorong petani dan nelayan agar membangun model bisnis korporasi dengan skala ekonomi yang efisien. Dengan demikian, petani dan nelayan dapat lebih mudah mengakses pembiayaan, teknologi, serta memperkuat pemasaran produk mereka.
“Kerja sama kemitraan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan swasta, dan petani merupakan solusi yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, daya saing, serta kontinuitas produk pisang cavendish. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun global serta mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Hingga saat ini, lebih dari 200 ribu pohon pisang cavendish telah ditanam di Sulawesi Selatan,” ujar Rio Erlangga, Direktur PT Cipta Agri Pratama, Minggu, 9 Februari.
Kontribusi ekspor khususnya pisang cavendish dari Sulawesi Selatan terus meningkat. Dari September 2024 hingga Februari 2025, panen pisang cavendish di Sulsel telah mencapai 130 ton. Dengan target pemanfaatan 500 ribu hektare lahan tidur di wilayah tersebut, budi daya pisang diperkirakan dapat mendorong perputaran ekonomi hingga Rp180 triliun setiap tahunnya. Saat ini, ada lima negara utama tujuan ekspor produk buah-buahan Indonesia, termasuk kawasan Timur Tengah.