Film kedua berjudul Film Wajib Tonton Sebelum Mati karya Razny Mahardhika. Film ini mengikuti perjalanan emosional Kino, seorang pembuat konten YouTube, yang bersama istrinya Via dan sahabatnya Wahyu merayakan pencapaian satu juta subscriber dengan merekam ulasan film-film wajib tonton. Namun, perayaan ini menjadi rekaman terakhir mereka, menyisakan Kino yang harus berjuang menghadapi kehilangan dan menemukan harapan baru.
Film ketiga adalah Final Draft karya Hannan Chintya, yang mengangkat dilema moral seorang editor film bernama Ciko. Ia dihadapkan pada keputusan sulit ketika diminta untuk menghapus seorang aktor penting dari film atas tekanan investor. Konflik ini menggambarkan ketegangan antara idealisme, profesionalisme, dan tuntutan industri.
Ketiga film pendek ini mendapat dukungan penuh dari MAXStream Studios untuk melangkah lebih jauh. Telkomsel berkomitmen mendaftarkan karya-karya ini ke berbagai festival film nasional dan internasional, sebagai bagian dari upaya mempromosikan kreativitas sineas muda Indonesia di panggung dunia.
Vice President Digital Lifestyle Telkomsel, Lesley Simpson, menyatakan bahwa MAXStream Studios tidak hanya mendukung sineas berpengalaman. Akan tetapi juga memberikan ruang bagi generasi muda untuk mengembangkan potensi mereka.
“Dukungan ini merupakan bagian dari upaya MAXStream Studios dalam menciptakan ekosistem industri perfilman yang inklusif dan berkelanjutan,” kata Lesley Simpson, Kamis, 9 Januari 2025.
Khozy Rizal, salah satu sineas yang terlibat dalam program ini, adalah pembuat film berbakat asal Makassar. Ia memulai karir filmnya pada tahun 2021 dengan film pendek Makassar is a City for Football Fans, yang tayang di festival-festival bergengsi seperti Sundance dan BFI Flare. Pada 2023, ia mencetak sejarah dengan film pendeknya Basri & Salma in a Never-ending Comedy, yang menjadi film pendek Indonesia pertama yang bersaing di Festival Film Cannes. Film ini juga ditampilkan di lebih dari 40 festival internasional, termasuk Sundance dan Clermont-Ferrand.