“Ayah saya (Nurdin Abdullah) selalu menekankan, menang kalah itu nomor dua. Yang utama adalah belajar bagaimana membangun tim, berinteraksi dengan masyarakat, dan memahami dinamika demokrasi,” kenangnya.
Karier politik ayah dua anak ini semakin matang ketika dia bergabung dengan organisasi kepemudaan seperti Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan menjabat sebagai bendahara dan dia juga pernah menjadi Ketua Banteng Muda Indonesia (BMI) Sulsel. Organisasi sayap PDI Perjuangan.
Pengalamannya di organisasi ini memperkuat kapasitas kepemimpinannya hingga akhirnya ia maju dalam Pilkada 2024. “Dulu memang pada Pilkada Bantaeng 2018 saya pernah diajak untuk maju sebagai wakil bupati tetapi saya masih sangat muda saat ini jadi saya memutuskan untuk tidak maju dulu,” ujarnya.
Alumnus Program Pascasarjana Unhas ini menceritakan bahwa meski banyak diminta oleh tokoh masyarakat Bantaeng untuk maju di Pilkada Bantaeng, Uji tak serta-merta memutuskan maju sebagai calon bupati. Founder Hakata Pinisi ini juga melakukan survei mendalam untuk memahami kebutuhan masyarakat Bantaeng.
Isu tersebut meliputi pertanian, kelangkaan pupuk, buruknya infrastruktur pertanian, dan akses pengairan menjadi perhatian besar. Dengan 80 persen penduduk Bantaeng bergantung pada sektor ini, Uji bertekad untuk menjadikan pertanian lebih produktif dan modern.
Lalu Isu infrastruktur, banyaknya jalan rusak, irigasi yang tak lagi berfungsi, dan fasilitas umum yang memprihatinkan menjadi prioritas pembenahan. Kemudian isu tenaga kerja, meski memiliki kawasan industri, tingkat pengangguran Bantaeng masih tinggi, menjadi urutan ketiga di Sulsel setelah Makassar dan Toraja.