Menurut dia, sistem ini memiliki tantangan dalam menenggelamkan material terumbu buatan ke dalam laut. Proses ini memerlukan teknik khusus, terutama untuk memastikan kedalaman dan jarak yang tepat antara unit-unit terumbu agar tetap terhubung secara ekologis. Ini memungkinkan ikan berlindung dari predator dan menggunakan terumbu sebagai tempat aman. Selain untuk konservasi dan perikanan, terumbu buatan juga dapat menjadi destinasi wisata selam.
Dalam implementasinya, kata dia, pembangunan terumbu buatan membutuhkan dana besar dan kerja sama dengan donatur. Berbagai bentuk material, seperti gorong-gorong, kubus, segitiga, dan kerangkeng besi menjadi model terumbu buatan ini. Dibutuhkan area seluas 78×60 meter dengan kedalaman 7-11 meter direncanakan sebagai lokasi penenggelaman terumbu buatan. “Ini butuh dana besar untuk merealisasikan. Kalau untuk pemerintah tentu mungkin sulit, jadi dibutuhkan pihak donatur,” jelasnya.
Sementara Rektor Unhas, Prof. Jamaluddin Jompa membuka seminar ini menyebutkan, pentingnya kerja sama ini dalam mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan.
Kolaborasi ini bertujuan mendesain dan mengimplementasikan langkah-langkah perbaikan ekosistem laut, termasuk pemasangan terumbu buatan sebagai upaya pemulihan ekosistem jangka pendek. Ia juga menekankan peran pendidikan melalui kunjungan studi mahasiswa dari kedua negara, yang membantu mempererat hubungan dan pemahaman antarbangsa.
“Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, terutama nelayan yang bergantung pada hasil laut. Kita harus memastikan agar laut tetap produktif dan sehat demi keberlanjutan ekonomi masyarakat pesisir,” ujarnya.