“Teknologi ini diharapkan dapat membantu nelayan setempat untuk meningkatkan hasil rajungan dengan cara yang lebih berkelanjutan,” sebutnya.
Teknologi budi daya rajungan dengan karamba jaring apung ini merupakan inovasi baru bagi anggota KUB Sipakalewa. Dengan metode ini, hasil tangkapan rajungan yang berukuran kecil dapat dipelihara dalam karamba hingga mencapai ukuran yang layak jual.
Selain itu, rajungan juga bisa dipelihara hingga mencapai ukuran indukan, yang berpotensi menghasilkan telur atau anakan baru.
Selain memanfaatkan rajungan yang berukuran kecil, nelayan juga dapat memanfaatkan ikan hasil tangkapan yang tidak layak jual atau ikan rucah sebagai pakan bagi rajungan yang dipelihara dalam karamba.
Dengan demikian, nelayan bisa mengoptimalkan hasil tangkapan mereka, sekaligus menjaga kelestarian rajungan di alam.
Program ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan, termasuk forum group discussion (FGD), sosialisasi, pelatihan, workshop, penerapan teknologi, pendampingan, serta monitoring dan evaluasi.
“Langkah-langkah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keberdayaan masyarakat mitra dalam menjalankan teknologi budi daya rajungan.
Dengan adanya penerapan teknologi yang ramah lingkungan ini, diharapkan keberlanjutan populasi rajungan di Pitusunggu dapat terjaga. Penangkapan rajungan yang lebih bijaksana dan metode budidaya ini diharapkan akan bermanfaat bagi para nelayan dan masyarakat perikanan, baik saat ini maupun untuk generasi mendatang.
“Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Kemendikbudristek atas dukungan hibah pendanaan yang telah diberikan, serta kepada ITBM Balik Diwa yang terus mendukung kegiatan pengabdian melalui sumber daya yang dimiliki. Terima kasih juga kepada KUB Sipakalewa dan semua pihak yang turut berperan dalam kesuksesan kegiatan ini,” bebernya.