FAJAR, MAKASSAR-Universitas Hasanuddin (Unhas), melalui Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, bekerja sama dengan Fakultas Administrasi dan Studi Kebijakan Universiti Teknologi MARA, Malaysia, serta Indonesian Association for Public Administration (IAPA), menyelenggarakan konferensi internasional bertajuk “The 2nd International Conference on Administrative Science 2024.” Pembukaan kegiatan dengan tema “Bridging Waves of Change: Maritime Governance and Sustainable Development” berlangsung mulai pukul 08.30 Wita di Ballroom Unhas Hotel, Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar, pada Rabu, 16 Oktober.
Hadir sebagai keynote speaker adalah Rektor Unhas, Prof Jamaluddin Jompa dan Peneliti Kelautan Tropis (ZMT) dari Jerman, Stefan Partelow, Ph.D. Narasumber lain yang turut hadir adalah Dekan Fisip, Prof Phil Sukri Tamma; Dekan Fakultas Administrasi dan Studi Kebijakan Universiti Teknologi MARA, Assoc. Prof Nor Hafizah; serta Prof Jill Leslie Tao dari Incheon National University.
Prof Sukri Tamma, menyampaikan bahwa konferensi ini merupakan upaya kolaboratif yang bertujuan untuk mengeksplorasi lanskap kompleks tata kelola maritim dan pembangunan berkelanjutan. Ia berharap kegiatan ini dapat menjadi media untuk mempertemukan berbagai pemangku kepentingan, termasuk akademisi, praktisi, dan pemimpin berpengaruh, untuk secara kolektif membahas berbagai isu seputar tata kelola maritim dan pembangunan berkelanjutan.
“Kami berharap kegiatan ini memberikan ilmu dan pengetahuan baru, serta menghadirkan ide dan gagasan yang dapat dijadikan solusi. Dengan mendalami topik seperti adaptasi perubahan iklim, ketahanan bencana, dan kerangka kebijakan publik yang efektif, ICAS 2024 berupaya mendorong perubahan yang berdampak dan mempromosikan praktik berkelanjutan di bidang-bidang penting ini,” papar Prof. Sukri.
Rektor Unhas, Prof Jamaluddin Jompa mengapresiasi inisiatif dan komitmen Fisip Unhas untuk menciptakan ruang ide dan gagasan melalui kegiatan konferensi ini. Menurutnya, topik pembahasan sangat menarik, mengingat pentingnya tata kelola maritim yang terintegrasi untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
“Diharapkan konferensi ini dapat menjadi platform bagi akademisi dan praktisi untuk bekerja sama dalam merumuskan solusi atas permasalahan yang dihadapi sektor maritim. Semoga ide dan gagasan serta solusi yang ditawarkan dapat dijadikan acuan dalam pembuatan kebijakan publik,” jelas Prof. JJ.
Selanjutnya, Prof. JJ, sebagai pembicara utama, memaparkan materinya. Dalam kesempatan tersebut, ia menjelaskan gagasannya tentang “Integrating Science and Local Knowledge for Sustainable Maritime Governance in Southeast Asia,” yang membahas sumber daya dan tantangan maritim, pendekatan ilmiah terhadap pengelolaan sumber daya maritim, serta pengetahuan lokal dan praktik berbasis masyarakat.
Secara umum, Prof. JJ menjelaskan bahwa tata kelola maritim mengacu pada sistem, aturan, dan kerangka kerja yang digunakan oleh negara, organisasi, dan masyarakat untuk mengelola sumber daya laut dan memastikan pemanfaatannya berkelanjutan. Ini melibatkan kombinasi kebijakan, pengaturan kelembagaan, dan kemitraan yang mencakup dimensi lingkungan, ekonomi, dan sosial.
“Tata kelola maritim sangat penting bagi negara-negara Asia Tenggara karena keanekaragaman hayati laut yang kaya. Kita memiliki terumbu karang, perikanan, dan ekosistem bakau yang sangat penting bagi keanekaragaman hayati dan mata pencaharian. Perairan regional negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Filipina menghadapi tantangan lintas batas, seperti penangkapan ikan ilegal, polusi, dan sengketa maritim,” jelas Prof. JJ.
Setelah pemaparan materi dari para narasumber, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab. Para peserta aktif memberikan pertanyaan dan tanggapan. Kegiatan dilanjutkan dengan sesi paralel. Konferensi dijadwalkan berlangsung hingga, Kamis, 17 Oktober. (*/)