Pemerintah Korea mendirikan research university (universitas riset) sebagai fondasi untuk mengadopsi dan mengadaptasi teknologi baru dari luar negeri. Kebijakan pendidikan Korea menciptakan keterkaitan antara pendidikan, ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi.
Ketersediaan tenaga kerja terampil dan berkualitas dalam jumlah besar menjadi modal dasar pemerintah Korea mengadopsi dan mengadaptasi teknologi dari negara maju. Tenaga kerja terampil juga dapat memprediksi dan mengadaptasi arah pengembangan teknologi manufaktur terbaru di negara maju.
Hal terpenting dari kemajuan ekonomi Korea adalah besarnya jumlah kelas menengah sejak tahun 1990-an hingga saat ini, yaitu lebih dari 53% populasi. Dimana, kelas menengah pada umumnya adalah pekerja profesional berpendidikan tinggi yang menjadi basis pemerintah Korea mengembangkan perekonomian berbasis inovasi.
Kondisi ini kontras dengan Indonesia yang jumlah kelas menengahnya hanya 21,45% dari populasi pada tahun 2019, menjadi 19,82% tahun 2021, dan 17,13% tahun 2024. Dimana, Hukum Engel mengatakan bahwa semakin rendah pendapatan maka porsi pengeluaran untuk makanan dan minuman semakin tinggi, sementara untuk pendidikan semakin rendah.
Permasalahan lain yang dihadapi oleh perekonomian nasional adalah rendahnya ketersediaan tenaga kerja terampil dan berpendidikan tinggi. Data menunjukkan bahwa 60% pekerja secara nasional adalah tamatan Sekolah Dasar (SD) atau tidak tamat SD. Dan hanya 30% dari angkatan kerja yang merupakan luaran sekolah menegah pertama dan atas.