English English Indonesian Indonesian
oleh

Salah Kaprah Produk Makanan Beku Dikira Tak Punya Gizi Tinggi

HARIAN.FAJAR.CO.ID, MAKASSAR – Meja makan tak hanya sebatas tempat menghidangkan makanan. Tempat ini juga menjadi penentu terbentuknya generasi penerus yang berkualitas.

Ayu Andira (35) misalnya, menjadikan meja makan sebagai tempat paling penting di dalam rumahnya. “Kecukupan gizi anak-anak berawal dari meja makan,” ujarnya.

Ibu rumah tangga tersebut paling ketat mengatur gizi anaknya. Sangat mudah mendapatkan nuget, sosis, telur, hingga daging ayam di lemari es di rumahnya.

Namun perjuangan Ayu tak mudah, anaknya yang masih balita malas makan jika makanan disajikan begitu saja. Banyak drama di meja makan. Harus ada variasi makanan. “Paling praktis ya nuget, sosis, dan telur,” tuturnya.

Bagi Ayu, makanan olahan juga bergizi. Kaya  kandungan protein. Penyajiannya juga sederhana, tak perlu pakai drama di dapur. “Anak-anak juga suka,” katanya.

Ayu tak ragu jika makanan siap saji dikonsumsi setiap hari oleh buah hatinya. Ibu tiga anak tersebut yakin, hilirisasi produk peternakan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk diproduksi dengan nilai gizi yang seimbang.
Semua produk yang diproduksi Japfa sudah dijaga kualitas dan higienitasnya sejak awal. Sejak nuget, sosis, hingga daging ayam, dan semua produk Japfa masih berupa sebutir telur di kandang.

Ayu menyebut banyak yang salah kaprah terkait makanan olahan beku. Banyak orang menganggap makanan olahan tidak sehat  untuk anak-anak, padahal nilai gizinya lengkap. “Lihat saja di kemasannya. Di situ tertera kandungan gizinya,” jelas Ayu.

Menurutnya, salah kaprah nilai gizi produk makanan olahan daging dan ayam sering muncul karena penyajiannya praktis. “Padahal kandungan gizinya sama saja dengan makanan yang belum diolah,” klaim Ayu.

News Feed