BONE, FAJAR – Pembangunan Rumah Adat Bone Bola Soba hingga September masih belum menuai kejelasan. Proyek ini memasuki setahun mangkrak.
Sejak kayu yang akan digunakan untuk pembangunan batal didatangkan dari Kalimantan akibat hanyut di perairan Palu, proyek itu tak lanjut lagi hingga kini.
Pemkab Bone beralasan, kayu pengganti dari pihak rekanan belum juga sampai, sehingga pembangunan belum bisa dilakukan.
Kepala Dinas Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang (BMCKTR) Bone Askar mengatakan pihaknya tetap berupaya untuk menekan kontraktor, dalam hal ini CV Megah Jaya untuk mempercepat pengadaan kayu tersebut. Laporan terbaru pengadaan kayu ini sudah mulai dilakukan di Kalimantan.
“Jadi dia (kontraktor) laporkan sudah sementara dalam tahap pengadaan kayunya, jadi sementara diadakan. Dia juga sudah buat surat ke kita, dengan foto-fotonya,” ujarnya, kemarin.
Sedianya pengadaan kayu jenis ulin ini mencapai 300 kubik, sehingga akan membutuhkan waktu untuk dikumpulkan. Apalagi, jarak tempuh yang cukup jauh menggunakan kapal laut.
Sementara untuk pembiayaannya, masih tetap menggunakan APBD 2023 sebesar Rp10,7 miliar. Telah dibayarkan 30 persen sebagai uang muka kepada kontraktor.
“Tetap anggarannya itu dipakai, totalnya kan Rp10 miliar dengan pajak, baru uang mukanya itu 30 persen (Rp3,3 miliar),” ujarnya.
Pemkab tetap akan menargetkan pembangunan Bola Soba tetap bisa berjalan tahun ini. “Mudah-mudahan cepat semua selesai pengadaan ininya (kayu), karena memang itu yang lama,” tandasnya.
Sementara itu, anggota Komisi IV DPRD Bone Andi Muh Salam menyeroti sikap pemkab yang tak kunjung memberikan kejelasan. Lilo, sapaan akrabnya, mengatakan ini sudah acapkali diatensi oleh dewan dan dipertanyakan masyarakat. Bola Soba adalah PR besar bagi pemerintah.