“Kalau kita mau uji petik di lapangan tidak ada sebenarnya yang benar-benar miskin, yang ada itu, malas. Untuk taraf hidupnya hanya mengandalkan bantuan (bansos) itu,” ujar Ade Fariq, Selasa, 9 Juli 2024.
Yang ada adalah masyarakat miskin ekstrem. Kategori ini dapat dilihat dari kondisinya yang betul-betul tidak berdaya. Seperti faktor lansia alias usia nonproduktif, hingga tunawisma.
Sedangkan masyarakat yang dimaksud miskin ini masih bisa mencari atau mendapatkan pendapatan dari pekerjaan mereka.
“Misalnya dia usianya muda, tidak ada pekerjaannya, kenapa dia tidak mencari itu, usahakan mencari, masa dia yang kita kategorikan miskin. Nah, itu masalah,” ujarnya.
Menurutnya, untuk mengatasi masalah miskin ini perlu pola pemberdayaan. Bisa saja dalam bentuk bantuan modal dan unsur keterampilan, yang bertujuan minstimulus masyarakat untuk mencari pekerjaan.
Penghasilan Rendah
Sementara itu, Kepala BPS Bone Muh Asri Lantong mengatakan rata-rata daya beli masyarakat miskin di Bone tiap bulann pada 2023 mencapai Rp408.244. Ini naik dari 2022 mencapai Rp380.513.
Indikatornya beragam. Mulai faktor inflasi yang tidak dibarengi dengan pendapatan, minimnya lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan yang digeluti, hingga daya jual komoditas di pasaran seperti gabah dan jagung yang rendah.
“Sebab rata-rata yang saya lihat itu masyarakat yang miskin di Bone bergerak di pertanian. Bisa saja karena harga jatuh (komoditas) kemudian ada gagal panen,” jelasnya. (an/zuk)