MAROS, FAJAR – Kelangkaan solar dikeluhkan sejumlah nelayan di Kabupaten Maros. Mereka terancam tak melaut.
Salah seorang nelayan di Kecamatan Bontoa, Muhammad Ali mengatakan solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) langganan kosong. Saat ini ia masih bisa melaut, namun menggunakan bahan bakar yang harganya jauh lebih mahal.
“Kalau beli solar eceran itu harganya Rp8 ribu, biasanya beli sekitar Rp40 ribu. Kalau di SPBUN itu bisanya cuma Rp20 ribu,” akunya, Kamis, 13 Juni.
Sekali melaut, perahunya bisa menghabiskan sekitar lima liter solar. Pemakaiannya tak banyak karena menggunakan perahu bermesin kecil. Nelayan pencari kepiting itu mengaku saat ini penghasilannya makin menipis.
“Saat ini kepiting juga harganya murah, Rp25 ribu per kilo,” sebut Ali.
Setiap harinya ia menyebar 400 alat tangkap kepiting atau rakkang. “Setiap hari itu biasanya dapat tiga sampai lima kilo,” katanya.
Sehari-hari, Ali melaut di pulau Lae-lae hingga perairan Kabupaten Barru.
Sama halnya nelayan lain, Lukman. Dia mengaku sudah hampir dua pekan kesulitan mendapatkan solar.
Padahal untuk menjalankan perahunya dia butuh bahan bakar subsidi itu.
Sementara itu salah satu pemilik SPBUN di Bontoa, Andi Syarifuddin mengatakan kelangkaan ini sudah terjadi selama sepekan. “Stoknya memang agak kurang, memang bermasalah dari depo,” katanya.
Untuk di SPBUN miliknya satu kali pengiriman bisa menampung 8.000 liter. Pihak Pertamina disebutnya menjanjikan akan menyuplai dalam waktu satu sampai dua hari ke depan. Harga solar di SPBUN dengan solar eceran beda Rp500.