FAJAR, MAKASSAR -Makassar International Writers Festival (MIWF) kembali digelar tahun ini, pada 23-26 Mei 2024. Mengusung tema “m/othering”, festival literasi tahunan yang digelar di Makassar tahun ini memberikan atensi terhadap pentingnya membahas ide dan tindakan dalam merawat atau mengasuh di tengah tantangan kehidupan yang beragam.
“Kami berkeinginan untuk membuka dan menyediakan ruang yang aman bagi percakapan dan perayaan, serta mendukung ide dan praktik perawatan yang memengaruhi, membentuk, dan memperkuat berbagai kelompok yang sering terpinggirkan. Tidak luput isu konteks terkini juga menjadi perhatian MIWF, “ ungkap M. Aan Mansyur, Direktur Makassar International Writers Festival.
Senada dengan itu, Rachmat Hidayat Mustamin, Direktur Program dan Kemitraan Rumata’ ArtSpace, mengatakan bahwa MIWF sangat terbuka menjadi helatan yang tidak sekedar festival tahunan, tapi mesti menjadi agenda menyuarakan berbagai kerentanan. Publik tidak hanya diajak untuk berbagi pengalaman literasi. Tapi, festival ini juga dapat menjadi ruang aman untuk menyuarakan berbagai bentuk protes pada ketidakadilan.
“Kami berharap Rumata’ melalui MIWF bisa terus menjadi ruang pertemuan dan dialog untuk meningkatkan percakapan isu-isu sosial-politik terkini, baik dalam skala regional maupun global melalui literasi dan lintas disiplin. Tema ‘m/othering’ MIWF juga adalah pernyataan sikap kita untuk merawat dan mengasuh kemanusiaan kolektif kita atas keberlangsungan hidup kelompok-kelompok yang selama ini termarjinalkan,” jelas Rachmat.
Rachmat menyampaikan bahwa pihaknya optimis anak-anak muda yang peduli pada literasi dapat menjadi bagian dari agenda perubahan dalam menyuarakan isu-isu ketidakadilan. Jumlah relawan MIWF meningkat signifikan tahun ini yakni sebanyak 260 orang yang didominasi anak muda. Antusiasme pendaftar relawan pun tak terkira sehingga menjadi gambaran bahwa banyak anak-anak muda di Makassar sangat ingin terlibat dalam agenda literasi.
“Setiap tahun, napas MIWF berasal dari kerelawanan. Tahun ini ada 260-an relawan dari 630-an lebih yang mendaftar. Ini juga membuktikan bahwa bekerja bersama lintas generasi dan merawat keberlanjutan itu sama pentingnya,” tutur Rachmat.
Sementara untuk kegiatan MIWF sendiri, Rachmat menjelaskan bahwa tahun ini MIWF akan diramaikan oleh lebih dari 100 pembicara. Terdapat juga berbagai program dengan ragam kegiatan yang bisa dinikmati partisipan acara. Tidak hanya melibatkan penulis, kolaborasi dilakukan juga bersama komunitas, penerbit, dan lembaga.
“Tahun ini, MIWF akan berlangsung di Benteng Rotterdam, Makassar, yang menghadirkan lebih dari 152 pembicara yang terdiri dari penulis, aktivis, akademisi, seniman, praktisi, dan pegiat literasi yang terlibat melalui kurang lebih 107 program selama 4 hari penyelenggaraan” tandas Rachmat.
Kegiatan MIWF yang beragam menjadi sangat menarik pada tahun ini, sebab tidak hanya diskusi mengenai literasi. Tapi juga terdapat pemutaran dan diskusi film, mengulas sejarah, mengupas isu sosial dan politik, mengulik gerakan aktivisme kesetaraan gender, meneroka peran perempuan dan lingkungan, pameran fotografi, proses kreatif bermusik, serta lokakarya untuk semua umur.
Lokakarya yang bisa diikuti seperti “Membaca Foto” tentang literasi visual serta “Seni dan Pemulihan” yang membahas praktik kesenian sebagai cara memulihkan diri para penyintas. Sejumlah komunitas turut langsung menyajikan program bersama MIWF, seperti Lontarata Book Club yang berbicara tentang bookstagram serta Buloa Ekosistem dengan fokus pertanian urban di Makassar. Turut pula program spesial DAPUR, sebuah pertunjukan monolog yang diangkat dari cerita pendek Lily Yulianti Farid.
Penulis dan pembicara yang diundang dalam kegiatan MIWF pun memiliki beragam latar belakang yang menarik. Mereka antara lain Minato Kanae (penulis fiksi), Taomo Zhou (peneliti sejarah) Agustinus Wibowo (penulis-fotografer), Yandy Laurens (sutradara), Ratih Kumala (penulis fiksi), Raisa Kamila (penulis), Hannah Al Rashid (aktris), Evi Mariani (jurnalis), Iqbal Aji Daryono (penulis-kolumnis), Mahfud Ikhwan (penulis novel), Evi Mariani dan Fahri Salam (jurnalis), Reda Gaudiamo (penulis-musisi), serta Abinaya Ghina Jamela (penulis) dan lainnya.
Adapun penulis dan pembicara lokal dari Indonesia Timur juga turut akan bergabung seperti Khozy Rizal (sutradara), Ashari Ramadana (penulis), Michelin Salatta (aktivis), Esther Haluk (akademisi), Lian Gogali (penulis-peneliti), Aziziah Diah Aprilya (fotografer), Faisal Oddang (penulis fiksi), Gody Usnaat (penulis fiksi), Wilda Yanti Salam (penulis-peneliti) serta masih banyak lagi. Turut pula tujuh penulis terpilih program Emerging Writers yang akan berbagi gagasan dan proses kreatif mereka. Mereka adalah Varla R. Dhewiyanty (Kubu Raya, Kalimantan Barat), Andi Batara Al Isra (Makassar, Sulawesi Selatan), Novan Leany (Samarinda, Kalimantan Timur), Nuraisah Maulida Adnani (Mataram, Nusa Tenggara Barat), Dustan Obe (Kupang Nusa Tenggara Timur), Julia F.G. Arungan (Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat) dan Yuan Jonta (Manggarai, Nusa Tenggara Timur).
Selain itu, seperti tahun-tahun sebelumnya, MIWF berkomitmen untuk menghadirkan festival yang nirsampah dan rendah karbon. Pengalaman kuliner unik juga dihadirkan lewat kolaborasi bersama Tentang Kuliner, di mana para pengunjung tidak akan menggunakan wadah plastik sekali pakai. Selain itu, dipastikan bahwa sampah-sampah kuliner akan diolah dan didaur ulang. Ini adalah komitmen MIWF menyajikan festival yang tidak hanya berkutat pada literasi, tapi juga edukasi lingkungan. (*/)