Prof. Rhenald Kasali, akademisi dan praktisi bisnis, memuji sekaligus mengkritik strawberry parents dan generation. Ia mengungkapkan bahwa strawberry parents menghasilkan strawberry generation. Meskipun strawberry generation penuh dengan gagasan kreatif, tetapi mereka cenderung mudah menyerah dan gampang sakit hati. Mereka bergantung pada orang lain dan rentan terhadap tekanan maupun stres yang dirasakan karena orang tua menggantikan posisi mereka dalam menghadapinya.
Di satu sisi, strawberry generation memiliki banyak ide kreatif dan kedekatan dengan orang tuanya karena perhatian orang tua yang ingin senantiasa memproteksi anaknya. Di sisi lain, gaya pengasuhan ini dapat berdampak negatif pada anak-anak. Mereka seringkali merasa kesulitan dalam mengatasi stres dan tantangan yang dihadapinya, serta sulit beradaptasi dengan perubahan yang mungkin terjadi di sekitarnya karena kebiasaan hidup nyaman yang diberikan orang tuanya, sehingga kurang terlatih dalam menghadapi kesulitan atau kegagalan.
Maksud orang tua mungkin bagus agar anak-anak mereka tidak menghadapi kesulitan dalam hidup. Oleh karenanya, orang tua memberikan berbagai kemudahan dan anak dapat memperoleh apa yang diinginkannya karena selalu dikabulkan oleh orang tuanya. Tapi ini justru membuat anak menjadi tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Padahal tidak ada pelaut yang hebat yang dilahirkan dari samudra yang tenang. Pelaut menjadi hebat karena ia berhasil menaklukkan samudra yang bergejolak, gejolak yang menantang adrenalin untuk menaklukkannya. Dengan kata lain, orang hebat adalah orang yang berani menghadapi tantangan hidup, bukan seperti strawberry generation yang rapuh ibarat tubuh yang tak bertulang. Poor generation!