FAJAR, BELOPA -Aktivitas pertambangan di Kecamatan Latimojong, kabupaten Luwu, Sulsel, dituding menajdi penyebab bencana banjir dan longsor yang menelan korban jiwa dan kerugian material baru baru ini.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Muhammad Al Amin mengatakan, sangat erat kaitannya bencana yang terjadi di Kabupaten Luwu itu dengan adanya aktivitas penambangan ilegal dan legal yang di lakukan masyarakat maupun perusahaan.
“Pusat peristiwa banjir kemarin itu pusatnya di Pengunungan Latimojong,” kata Al Amin kepada FAJAR
Amin menuturkan, daerah pegunungan seharusnya mampu menyerap air. Namun, kenyataannya, pegunungan di Latimojong tidak mampu menampung air sehingga menyebabkan banjir.
Menurutnya, WALHI telah melakukan pemeriksaan terhadap kondisi hutan, area Gunung Latimojong tersebut sudah banyak kritis. Ia berharap pemerintah provinsi harus cepat melakukan pemulihan hutan dan lahan. Termasuk segera menerbitkan peta rawan bencana di seluruh kabupaten di Sulawesi Selatan.
Kabid lingkungan hidup Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Luwu raya Raynal Tri Mengatakan, bencana alam yang tiap melanda Kabupaten Luwu adalah konsekuensi logis dari kerusakan lingkungan hidup, serta berkurangnya tutupan hutan dan ini semakin di perparah oleh adanya aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh salah satu perusahaan tambang di Kecamatan Latimojong yaitu PT. Masmindo Dwi Area.
“Baik disadari atau tidak, kehadiran tambang di wilayah pegunungan Latimojong ini memang akan menghasilkan banyak masalah, yakni kerusakan lingkungan, konflik agraria dan bencana ekologis seperti yang terjadi saat ini,” bebernya