Ia membeberkan, dalam proses perjalanannya perusahaan pertambangan PT Masmindo Dwi Area belum sedikit pun menjabarkan secara terperinci perihal alur siklus penambangannya.
Padahal dalam Ilmu Pertambangan, ada lima siklus penambangan (Exploration, Discovery, Development, Production, Reclamation). Dari semua siklus ini, tak satupun dari siklus diatas yang secara transparan dipaparkan oleh perusahaan tersebut.
Ia menduga, perusahaan tersebut melakukan pembodohan secara terstruktur, sistematis dan masif. Logika sederhananya, tidak mungkin perusahaan yang telah puluh tahun tersebut tidak melakukan eksplorasi.
Semetara itu , Penjabat Bupati Kabupaten Luwu Muhammad Saleh membantah isu yang beredar bahwa bencana alam yang terjadi di kabupaten Luwu ini disebabkan oleh aktivitas pertambangan, menurutnya kegiatan eksplorasi pertambangan di kecamatan Latimojong belum dilakukan.
“Penyebab banjir adalah hujan dengan intensitas yang sangat lebat, ini sudah ada peringatan dari badan meteorologi dan klimatologi Geofisika (BMKG) 10 puluh hari terakhir ini memang kita salah dari enam kabupaten dalam kategori cuaca ekstrim,” akunya
Muhammad Saleh menuturkan bahwa di kecamatan Latimojong itu memang ada beberapa yang melakukan pembukaan lahan pertanian dan perkebunan secara perorangan, pembukaan lahan itu sangat dekat dengan jalanan sehingga mudah longsor. Menurutnya, pembukaan lahan tersebut tidak memiliki tanaman pohon yang memiliki daya rekat.
“Kerena tekstur tanah kita ini yang labil, bukan batu-batuan seperti penggunaan lain, Sehingga ini memudahkan bencana longsor,” katanya. (Bso)