Oleh:
Andi Amalia
Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar
Saat ini sedang dalam Program Magang Mandiri di Harian Fajar
KEHIDUPAN Arika cukup damai. Sampai Kayla, gadis populer di sekolahnya mulai merundungnya tanpa sebab.
Jika ditanya mengapa ia tak melawan, jawabannya tentu sudah. Tapi jangan tanya bagaimana ujungnya. Sebab mereka tidak akan menyerah begitu saja. Terbukti dari Arika yang semakin tak bisa bersekolah dengan tenang.
Terkadang ia harus menahan lapar hingga bel pulang, agar tak bertemu Kayla. Ia tak lagi membawa bekal, setelah terakhir kali malah berakhir di tong sampah, sebelum sempat menyapa lambungnya. Insiden baju olahraganya yang tiba-tiba hilang dan ditemukan terendam pada wastafel juga tak terlupakan.
Jika mengingat apa saja yang telah Arika alami karena perbuatan Kayla dan teman-temannya, itu sangat melelahkan. Ia tak tahu kesalahan apa yang telah diperbuatnya kepada mereka, sehingga dirundung seperti ini.
Hari itu, semua berjalan seperti hari-hari biasanya. Kayla yang terus mencari celah untuk merundung, dan Akira sebagai targetnya. Hingga suatu pagi, Kayla berada dalam kelas tanpa seorang pun. Seingatnya ia belum berangkat ke sekolah.
Tak berselang lama, satu persatu siswa mulai memenuhi ruangan. Biasanya mereka akan menyapa Kayla. Namun pagi ini berbeda, semua orang mengabaikannya. Di tengah kebingungannya, sosok yang ia kenal datang. Saking terkejutnya, tanpa sadar ia berdiri.
“LO SIAPA!!?”
Sontak saja semua orang menatapnya.
“Gila ya lo?,” jawab orang yang sedang ia pelototi. “Hahaha kayaknya kemarin lo dorongnya kekencangan deh Kayla, anaknya sampai amnesia tuh,” ejek Zara.