Hari Lebaran Fitri membawa iklim sejuk dan damai ke alam pikiran dan hati kita. Semoga iklim yang kondusif itu menaungi juga iklim kehidupan kenegaraan dan kebangsaan kita, khususnya iklim politik. Kita bagai lepas dari persoalan yang menekan. Dalam suasana pikiran dan hati yang demikian, akan lebih sejuk dan damai lagi kalau kita berdialog dengan Allah melalui sabda-sabdaNya.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka (curiga) buruk, karena sebagian dari prasangka buruk itu dosa.
Dan janganlah sebagian kalian mencari-cari keburukan orang dan menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Alhujurat: 12) Gunjing sama dengan gossip. Nabi Muhammad SAW menjelaskan gunjing, ialah: “Engkau menyebut-nyebut saudaramu tentang sesuatu (hal) yang ia benci.”
Pembaca yang budiman. Maaf, jangan mengejek dan merendahkan orang. Sebab, boleh jadi yang kita ejek (rendahkan) justeru lebih baik (agung) dari kita. (Alhujurat: 11).
Waspadalah. Kita bisa terjebak untuk tidak bersikap adil kepada orang yang sangat kita benci (musuhi), waspadalah! Bersikap adillah pun kepada orang yang kita tidak sukai. Sebab, begitulah jalan terdekat kepada takwa. (Almaidah: 8)
Ketahui pula bahwa: “Apa saja kebaikan (nikmat) yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja keburukan (bencana) yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu (Muhammad) menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi”. (Annisa: 79).
Maka, kenapa kita harus berlama-lama dalam kondisi sosial saling curiga, saling ejek, bergossip, kehilangan sikap adil oleh tumpukan kebencian (permusuhan)? Kenapa tidak kita semaikan kembali bibit simpati, empati, saling memahami antara saudara sebangsa.
Inilah momentumnya kita move on. Berpindah, tidak berjalan di tempat. Kita berjalan terus sebagai negara dan bangsa. Kita jalani rutinitas hidup normal secara sehat. Move on artinya berdamai dengan semua kenangan di masa lalu dan merawat terus rasa damai itu meneruskan kehidupan kenegaraan dan kebangsaan ke masa hadapan.
Pemilu 2024 sedang akan menjadi kenangan masa lalu kita. Sedikit lagi, pengumuman Mahkamah Konstitusi (MK) yang final dan mengikat, karenanya wajib dipatuhi, tentang pemenang Pemilu 2024, akan menjadi kenyataan. Tunduk dan patuh terhadap keputusan MK, pahit atau manis, pun menjadi prasyarat untuk move on. Menolak keputusan MK adalah ciri ketidakrelaan untuk move on. Makanya, seraya menunggu keputusan MK, yang final dan mengikat, jangan berpikir, apalagi berencana, menolaknya (membangkangi). Membangkang terhadap keputusan MK sama dengan mau negara dan bangsa ini berjalan di tempat. Ayo, move on!