English English Indonesian Indonesian
oleh

Puasa dan Nilai Kemanusiaan Dalam Perspektif Agama-Agama

”Biasanya itu kami bisa kumpulkan sampai Rp80 juta. Itulah yang kami belanjakan sebagian untuk diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Ini juga pertobatan kami di katolik untuk pengampunan dosa,” terangnya.

Wakil Ketua Dewan Kepandetaan Majelis Agama Budha Twrawadha Indonesia, Hemajayo mengatakan, di dalam Budha juga mengenal puasa. Hanya saja, waktu dan caranya yang berbeda dengan umat muslim pada umumnya.

Di dalam Budha, puasa dilakukan dengan tidak makan setelah jam 12 siang. Mereka hanya boleh minum saja. Itu pun harus dilakukan sepanjang hidupnya. Jika mereka makan di atas jam 12 siang, maka dia melanggar.

”Ini untuk mengendalikan moralitas dan menghindari makan di luar waktunya. Itulah makna puasa, agar bisa melatih seseorang dalam mengendalikan diri,” kata dia.

Wakil Ketua PPPA PHDI Sulsel, Gusti Ayi Uik Astuti menerangkan, puasa dalam perspektif hindu berasal dari kata upa (dekat) dan wasa (pencipta). Sehingga, makna puasa tidak hanya menahan lapar dan haus saja, tetapi puasa terhadap hal-hal yang buruk.

”Itu dilakukan di hari suci sebagai upaya penebusan dosa. Bisa di hari kelahiran, atau di persembahyangan setiap 15 hari sekali, dan yang paling dikenal adalah nyepi. Durasinya itu 24 jam. Bisa jam 6 pagi sampai jam 6 pagi lagi, atau jam 12 malam sampai jam 12 malam lagi,” terangnya.

Sedangkan Wakil Ketua I DPD Walubi Sulsel, Roy Ruslim mengatakan, puasa di dalam agama budha ada dua, disesuaikan dengan aliran besar, yaitu Terawaden (Theravada) dan aliran Maitreya.

Kata dia, puasa dilakukan untuk moralitas dan menjaga perbuatan agar tidak susila. Itu sebabnya, selama berpuasa mereka menghindari untuk membunuh hewan, makan dan minum yang memabukkan, makan di tengah hari, menghindari berhubungan badan, tidak tidur di tempat mewah, dilarang bernyanyi, dan dilarang menggunakan perhiasan.

News Feed