Oleh; Suf Kasman, Dosen UIN Alauddin Makassar
Ketika Anda mengendarai mobil, tiba-tiba hujan turun dengan amat deras lalu wiper kaca mobil tidak berfungsi, bagaimana reaksi Anda? Orang normal pasti gelisah dan panik.
Kegelisahan dan rasa khawatir itu bukannya karena tidak ada jalan, melainkan karena tidak bisa membawa mobil melaju ke depan. Lalu, apa yang harus Anda lakukan?
Apakah terus menelusuri jalan raya kendati pelan-pelan atau berhenti untuk membersihkan kaca lebih dahulu? Tentu preskripsinya adalah membersihkan kaca lebih dahulu. Seperti itulah taubat.
Berkah terindah yang telah diberikan kepada manusia adalah adanya kesempatan untuk melap kaca ‘dosa’ melalui wiper ‘taubat’ Ekstrak taubat itu mengakui kesalahan seraya memohon ampun kepada Allah ﷻ, dan bertekad untuk meninggalkan dosa dan kembali ke jalan yang benar (sesuai syariat).
Taubat memang mudah diucapkan, namun berat dimanifestasikan. Sebab, ada syarat harus dipenuhi agar taubatnya dapat diterima Allah ﷻ. Taubat tidak boleh ditunda-tunda, karena semakin lama perjalanan yang ditempuh, kembalinya juga menjadi semakin elusif.
Taubat kudrati bukan hanya berhenti dari berbuat maksiat, namun juga berbalik menuju kebaikan dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk tetap berada di jalan kebaikan. Bertaubatlah dengan menggantungkan rasa penyesalan, Bertekad untuk meninggalkan dosa di kemudian hari.
Jadikan taubat bukan hanya untuk dosa-dosa yang pernah dilakukan, tapi juga untuk kewajiban yang belum ditunaikan.
Coba merenung ke belakang, betapa banyak dosa-dosa yang begitu menumpuk. Maksiat pun jalan terus, tanpa sadar bahwa azab Tuhan selalu menanti di Darul Baka.