MAROS, FAJAR–Dunia sementara, akhirat selamanya. Kalimat ini relevan dengan kisah nyata berikut ini.
Riuh rendah menggaung dari Blok H, Perumahan Bumi Findaria Mas, Jalan Poros Pammanjengan, Desa Moncongloe, Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros, Jumat petang (29/3/2024).
Selembar tenda biru terpasang di jalanan, tepat di antara dua taman kecil di pojok jalan. Tenda itu ditopang oleh enam tiang kotak yang modelnya mirip BTS vendor telekomunikasi.
Tenda itu berdiri di depan sebuah musala. Musala H Abdul Asiz namanya. Di sinilah kisah itu diceritakan warga setempat.
Musala ini adalah hasil wakaf dari Hj Herianah. Semenjak sang suami, Haji Asiz (52) meninggal dunia pada Februari 2024, keluarga Herianah sepakat mewakafkan rumahnya menjadi musala.
“Dulunya ini rumah, lalu dijadikan musala,” beber Sukirman, Ketua Ikatan Keluarga Bumi Findaria Mas.
Keluarga Herianah dengan ikhlas melepaskan rumah yang ditinggalinya dengan sang suami kala masih hidup itu untuk kepentingan umat. Memang tak besar, namun musala ini mampu menampung seratusan jemaah.
Usai penyerahan rumah, Ikatan Keluarga Bumi Findaria Mas lalu melakukan renovasi minor atas bangunan itu. Seluruh inventaris dikeluarkan, lalu didesain menjadi musala.
“Kamarnya dibongkar, supaya tidak ada lagi ruangan di dalam,” sambung Hakim, Koordinator Penasihat Ikatan Keluarga Bumi Findaria Mas.
Rumah Abd Asiz-Herianah yang dijadikan musala itu beralamat di Perumahan Bumi Findaria Mas Blok H Nomor 24. Warga setempat terlihat ramai menghadiri acara buka puasa bersama yang sengaja diselenggarakan pihak keluarga Heriana. Bahkan warga dari luar kompleks juga datang meramaikan.