Oleh: Marsuki
(Guru Besar FEB Unhas dan Komisaris Independen BSSB)
FAJAR, MAKASSAR — Tahun 2023 telah dilalui dengan berbagai riak peristiwa yang terjadi akibat ketidakpastian perkembangan geopolitik gobal yang dipicu perang Israel-Palestina, seiring perkembangan perekonomian beberapa negara maju yang belum kondunsif.
Kondisi kurang baik tersebut menyebabkan melemahnya tren perkembangan ekonomi dan keuangan global di hampir seluruh negara belahan dunia.
Syukur, Indonesia tampaknya mampu beradaptasi cukup baik, sehingga dampak ketidakpastian perekonomian global masih dapat dihadapi dengan hasil cukup baik. Dalam skala nasional, tercermin pada pertumbuhan ekonomi terus tumbuh positif, 5,04%.
Tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan, masing-masing turun, 5,32% dan 7,28%. Tingkat inflasi relatif rendah dan terkendali, 2,61% (yoy). Ratio Gini 0,388 atau indikator pemertaan pendapatan cukup merata dengan tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) membaik, 74,39.
Dalam skala daerah, khususnya Sulsel, pola tren perkembangan indikator perekonomian hampir searah dengan nasional, cukup baik dan menjanjikan, tapi kedepan ada beberapa catatan perlu diantisipasi dan ditangani.
Pertumbuhan ekonomi Sulsel secara kumulatif selama tahun 2023 mengalami pertumbuhan 4,51% (c-to-c) jadi tidak mencapai target RPJMD-P Sulsel antara 5,04-6,52%, dengan kontribusi terhadap PDB Nasional sebesar 3,12%
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi LNPRT, 8,83%. Dari sisi sektor lapangan usaha, sektor pertambangan dan penggalian tumbuh tertinggi, 13,63%. Kinerja baik perekonomian Sulsel didukung inflasi gabungan lima kota di Sulsel cukup terkendali dan stabil, 2,81% (yoy). Jadi sedikit lebih tinggi dibanding nasional namun masih dibawah batas kebijakan otoritas, 5%.,